:)

:)
WELCOME TO MY BLOG :) HAPPY READING :) I HOPE USEFUL FOR YOU !!! AND PLEASE LEAVE A COMMENT :)

Kamis, 07 Juni 2012

Hubungan Asuransi Kesehatan dengan Efisiensi Lembaga Keuangan (Bank)


MAKALAH
Bank dan Lembaga Keuangan II
Hubungan Asuransi Kesehatan
dengan Efisiensi Lembaga Keuangan (Bank)”



Disusun oleh :
Candy Gloria (2121 0516)
Febriana Puspita Sari (2221 0688)
Muthiya Gabriela Malawat (2421 0878)


Kelas:
SMAK 04-05


Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma

2012



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
                  Pengertian efisiensi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai rasio antara output dengan input (Kost dan Rosenwig, 1979:41). Kualitas kinerja yang baik merupakan ukuran dari tingkat efisiensi yang telah dicapai. Pada dasarnya pengukuran kinerja sebuah lembaga keuangan hampir sama. Penilaian tingkat kesehatan dan produktivitas sebuah bank dan asuransi dilakukan berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Evaluasi tingkat kesehatan pada sektor perbankan diukur menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang mengacu pada unsur-unsur modal (capital), kualitas asset (assets quality), manajemen (management), earning dan likuiditas (liquidity) atau CAMEL. Sedangkan evaluasi pengukuran tingkat kesehatan asuransi diukur menurut rasio kecukupan tingkat solvabilitas (solvency margin) terhadap tingkat solvabilitas minimum (minimum solvency) atau disebut juga rasio Pencapaian Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM).Hal ini dapat diartikan sebagai suatu ketentuan modal minimum yang dipersyaratkan (minimum capital requirements), atau dalam perbankan sering disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). Dengan ketentuan tersebut regulator dapat mengawasi sejauh mana keamanan dan kestabilan perusahaan asuransi dalam memenuhi kewajibannya kepada para pemegang polis atau shake holder lainnya. Dilihat dari peranannya, asuransi  sebagai lembaga yang memberikan perlindungan dengan imbalan dari sejumlah premi yang telah dibayarkan oleh tertanggung tentu saja memiliki hubungan dengan efisiensi lembaga keuangan, begitupun sebaliknya karena pada dasarnya asuransi membutuhkan lembaga keuangan bank untuk menyimpan dananya dan lembaga keuangan bank membutuhkan asuransi untuk penjamin atas resiko-resiko yang akan terjadi di bank .

1.2        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan  masalah-masalah sebagai berikut:
1.      Apa hubungan asuransi kesehatan dengan efisiensi lembaga keuangan?
2.      Bagaimana efisiensi dari asuransi dan lembaga keuangan dapat terjadi?
3.      Apa yang menyebabkan munculnya inefesiensi?

1.3        Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah menganalisis hubungan asuransi kesehatan dengan efisiensi lembaga keuangan bank dan mengupas faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya efisiensi serta inefisiensi yang dapat menurunkan kinerja lembaga keuangan bank.

1.4        Manfaat
Berdasarkan tujuan makalah yang dikemukakan di atas, maka manfaat penulisan ini adalah mengetahui keterkaitan antara asuransi kesehatan dengan efisiensi lembaga keuangan yang merupakan lembaga kepercayaan masyarakat.


1.5        Metode

  Dalam proses pembuatan penulisan ini kami menggunakan metode pencarian informasi dan referensi melalui jurnal dan melakukan pencarian melalui internet.

BAB II
ISI

A. Asuransi Kesehatan

2.1.1        Pengertian Asuransi Kesehatan

Seperti yang kita ketahui bahwa harga sebuah kesehatan itu mahal dan setiap orang memiliki resiko terserang penyakit tanpa tahu kapan penyakit itu menyerang kita. Jika sudah terserang apalagi harus dirawat, biaya yang besar pun akan menjadi sebuah beban bagi masyarakat yang memiliki penghasilan pas-pasan. Oleh karena itu, resiko sakit dapat diasuransikan, maksudnya seluruh biaya pengobatan dan perawatan nantinya akan ditanggung oleh penanggung, yaitu asuransi. Konsep pengasuransian kesehatan ini dikenal sebagai pelimpahan resiko. Hal yang dilimpahkan ini bukan hilangnya kemampuan karena sakit atau meninggalnya penderita, tetapi kerugian finansial akibat dari menderita penyakit.Jadi dapat dikatakan asuransi kesehatan ialah asuransi yang memberikan perlindungan dari sakit, kecelakaan, dan resiko kesehatan lainnya.

2.1.2        Jenis Benefit Asuransi Kesehatan
a.     Rawat Jalan (Outpatient),
b.    Rawat Inap (Inpatient),
c.     Melahirkan (Maternity),
d.    Gigi (Dental), dan
e.     Kacamata (Optical)

2.1.3        Jenis Benefit Tunjangan Kesehatan (Regulasi)
Berdasarkan ketentuan UU No. 3 tahun 1992 Pasal 16 ayat 2 dinyatakan bahwa jaminan pemeliharaan kesehatan adalah sebagai berikut:
      Rawat jalan tingkat pertama,
      Rawat jalan tingkat lanjutan,
      Rawat inap,
      Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan,
      Penunjang diagnostik,
      Pelayanan khusus, dan
      Pelayanan gawat darurat.

2.1.4        Mekanisme Pelayanan Asuransi Kesehatan
 Pelayanan dalam asuransi kesehatan memiliki dua mekanisme, yaitu mekanisme reimbursement dan mekanisme provider.

2.1.4.1   Mekanisme reimbursement
              Dalam mekanisme ini saat tertanggung berobat ke dokter, klinik atau rumah sakit tertentu harus mengeluarkan biaya lebih dahulu. Tertanggung bebas memilih rumah sakit yang mana saja, namun tentunya maksimal penggantian telah ditentukan dimuka. Yang perlu menjadi perhatian utama kita dalam melakukan klaim adalah kelengkapan surat-surat administrasi yang menjadi syarat utama agar proses penggantian biaya yang kita keluarkan dapat dibayar oleh perusahaan asuransi. Cepat lambatnya pencairan dana klaim tergantung kepada pelayanan yang diberikan oleh perusahaan asuransi, namun secara umum berkisar 7 hari kerja.

2.1.4.2   Mekanisme provider
Dalam mekanisme ini tertanggung tidak perlu mengeluarkan biaya terlebih dahulu saat berobat ke dokter, klinik atau rumah sakit karena tertanggung hanya akan mengeluarkan biaya apabila ada kelebihan biaya dari batas yang telah ditentukan. Dalam hal ini, tertanggung hanya dibekali dengan kartu keanggotaan asuransi kesehatan guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit atau klinik kesehatan yang telah kita pilih sebelumnya berdasarkan daftar rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan asuransi tersebut.

2.1.5        Skema Manfaat Asuransi Kesehatan
2.1.5.1             Schedule (Inner Limit) dengan Limit Tahunan
Skema ini menerapkan batasan santunan per kasus atau kejadian dan batasan santunan per periode pertanggungan, biasanya batasan per tahun.
2.1.5.2      Schedule (Inner Limit) tanpa Limit Tahunan
Skema ini menerapkan batasan santunan per kasus atau kejadian, namun tidak menerapkan batasan santunan per periode pertanggungan.
2.1.5.3            Agregate (Lump Sum) dengan Limit Tahunan
Skema ini tidak menerapkan batasan santunan per kasus atau kejadian namun menerapkan batasan santunan per periode pertanggungan, biasanya batasan per tahun.
2.1.5.4            Agregate (Lump Sum) tanpa Limit Tahunan
Skema ini tidak menerapkan batasan santunan per kasus atau kejadian dan juga tidak menerapkan batasan santunan per periode pertanggungan.

2.1.6        Skema Lain Asuransi Kesehatan
2.1.6.1   Metoda Sejumlah Uang
Penanggung menyediakan sejumlah uang kepada pihak tertanggung untuk setiap kali pihak tertanggung diserang penyakit.Penyediaan sejumlah uang untuk setiap kali pihak tertanggung diserang penyakit dimana jumlah total yang boleh digunakan maksimal sebesar dana yang tersedia.
2.1.6.2   Metoda Dana Sakit
Santunan diberikan kepada pihak tertanggung, dimana besarnya jumlah yang diberikan disesuaikan dengan besar kecilnya biaya pengobatan.

2.1.7         Resiko yang Diasuransikan
Tidak semua risiko dapat diasuransikan, ada persyaratan risiko untuk dapat diasuransikan (insurable risks). Beberapa syarat risiko untuk dapat diasuransikan adalah sebagai berikut:
1.      Risiko tersebut haruslah bersifat murni (pure)
              Risiko murni adalah kejadian yang spontan tanpa dibuat-buat, tanpa disengaja, bahkan tidak dapat dihindari dalam waktu singkat. Orang yang dengan sengaja mencoba bunuh diri dengan meminum racun serangga dan dirawat di rumah sakit tidak berhak atas jaminan perawatan, karena tidak termasuk dalam risiko murni. Contoh yang dianggap sebagai risiko murni adalah penyakit kanker yang membutuhkan perawatan jangka panjang, lama, mahal, dan tentu saja tidak pernah diharapkan oleh si penderita.
2.      Risiko bersifat definitif
               Sifat definitif artinya risiko dapat ditentukan kejadiannya secara pasti dan jelas serta dipahami berdasarkan bukti kejadiannya. Risiko sakit dan kematian dibuktikan dengan surat keterangan dokter, kecelakaan lalu lintas dengan surat keterangan polisi, dan kebakaran dibuktikan dengan berita acara dan bukti kejadian.
3.      Risiko bersifat statis
         Sifat statis artinya probabilitas kejadian relatif statis atau konstan tanpa dipengaruhi perubahan politik dan ekonomi suatu negara. Berbeda dengan risiko bisnis yang bersifat dinamis karena sangat dipengaruhi stabilitas politik dan ekonomi.
4.      Risiko berdampak finansial
             Risiko yang dapat diasuransikan adalah risiko yang mempunyai dampak finansial karena dapat diperhitungkan. Transfer risiko dilakukan dengan cara membayar premi atau kontribusi kepada perusahaan asuransi, yang akan memberikan penggantian bila terjadi dampak finansial suatu risiko yang telah terjadi. Kita ambil sebuah contoh tentang kecelakaan yang dialami, hanya risiko finansial berupa biaya perawatan dan kehilangan penghasilan akibat kehilangan jiwa atau kecacatan. Sedangkan rasa nyeri dan perasaan kehilangan tidak dapat diasuransikan karena ukurannya sangat subyektif. Manfaat yang dapat ditawarkan asuransi untuk mengganti dampak finansial tersebut adalah penggantian biaya pengobatan dan perawatan atau uang tunai untuk pengganti kehilangan penghasilan akibat kematian atau kecacatan.
5.      Risiko measurable atau quantifiable
              Risiko tersebut dapat diperhitungkan secara akurat. Oleh karena itu, dibutuhkan keterangan seputar lokasi terjadinya penyakit, waktu kejadian, jenis penyakit, tempat perawatan, dan biaya yang dibutuhkan untuk perawatan yang dijalani. Besar penggantian biaya perawatan harus disepakati oleh pemegang polis dan asuradur yang dituangkan dalamkontrak pertanggungan/jaminan/polis.
6.      Ukuran risiko harus besar (large)
          Risiko yang dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi hendaknya memenuhisyarat ukurannya. Sistem asuransi harus secara cermat menilai kelompok risiko yang akan diasuransikan. Asuransi kesehatan di dunia akan cenderung menjamin pelayanan kesehatan secara komprehensif karena antara risiko dengan biaya dan pelayanan butuh biaya mahal.

          Untuk lebih jelasnya mengenai resiko, berikut ini kami sajikan menggenai gambaran dari resiko itu sendiri.


Pada kedua gambar tersebut terlihat perbedaan jenis resiko yang akan dibayarkan oleh asuransi dengan upah pertanggungan. Gambar 1.1 terlihat bahwa semakin pendek waktu resiko yang akan terjadi maka resiko dari upah pertanggungan yang akan dikeluarkan oleh asuransi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya pada gambar 1.2 yaitu semakin panjang waktu resiko maka resiko dari upah pertanggungan yang akan dikelurkan oleh asuransi semakin berkurang.


2.1.8              Resiko yang Dikecualikan
Dalam mekanisme asuransi terdapat beberapa kriteria resiko yang tidak termasuk dalam tanggungan pihak lembaga asuransi, seperti:
      Resiko akibat kecelakaan,
      Resiko bermaksud bunuh diri,
      Resiko karena penyalahgunaan obat-obatan terlarang,
      Immunisasi Massal,
      Obat yang tidak ada kaitannya dengan penyakit yang dideritanya,
      Resiko yang diakibatkan peperangan,
      Resiko yang diakibatkan nuklir atau zat radioaktif,
      Resiko akiibat dari gas beracun yang berasal dari dalam bumi,
      Resiko yang diakibatkan gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain sebagainya.


B. Efisiensi Lembaga Keuangan

2.2.1         Pengertian Efisiensi

                                    Lembaga keuangan seperti Perbankan dituntut berperan penting untuk memiliki kinerja yang baik. Tolak ukur dari sebuah kinerja yang baik ialah adanya efisiensi yang dapat ditingkatkan melalui penurunan biaya (reducing cost) dalam proses produksi. Bank yang lebih efisien diharapkan akan mendapat keuntungan yang optimal, dana pinjaman yang lebih banyak, dan kualitas servis yang lebih baik pada nasabah.
                 Maka efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan output yang sama, atau menggunakan unit input yang sama untuk menghasilkan jumlah output yang lebih besar. (Permono dan Darmawan, 2000; 2).


2.2.2      Landasan Teori Efisiensi Lembaga Keuangan

Berger, et al (1993) mengatakan jika terjadi perubahanan struktur keuangan yang cepat maka penting mengidentifikasikan efisiensi biaya dan pendapatan.Setelah Berger, et al ,kemudian muncul penelitian yang dilakukan oleh Rangan, et.al (1988) yang menyatakan bahwa ukuran bank berpengaruh positif terhadap efisiensi. Artinya semakin besar suatu bank, maka akan semakin efisien, karena bank dapat memaksimalkan skala dan skup ekonomisnya. Penelitian yang dilakukan oleh Rangan, et.al pun mendapat dukungan dari Grabowski, et.al (1994), Aly, et.al (1990), Bodie dan Merton (2000), Miller dan Noulas (1996) dengan hasil yang sama dari penelitiannya.Tetapi lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferrier dan Lovell (1990) yang menggunakan teknik programasi linier dan ekonometrika, mereka menyatakan sebaliknya yaitu bahwa bank yang kecil justru lebih efisien.
Hubungan antara ukuran bank dapat terlihat dapat tercermin pada kurva biaya rata-rata bank yang dihitung berdasarkan nilai assets dan liabilities dengan biaya produksi output per-unit (Rose,1999:106, Sounders, 1999:290). Kurva biaya rata-rata ini digambarkan berbentuk U-Shaped yang mendatar pada bagian tengahnya (Rose, 1999:106) yang mempunyai implikasi rentang bank yang menghasilkan efisiensi.Beberapa penelitian menyatakan bahwa bank kecil memberikan pelayanan yang berbeda dengan bank besar, namun bank besar mampu memberikan jasa yang lebih lengkap.Implikasinya perhitungan biaya rata-rata yang dikeluarkan bank kecil berbeda dengan bank besar.

2.2.3         Faktor-faktor Efisiensi

Dibawah ini terdapat beberapa faktor yang menyebabkan efisiensi diantaranya:
1.      Input yang sama akan menghasilkan output yang lebih besar,
2.      Input yang lebih kecil menghasilkan output yang sama,
3.      Input yang besar menghasilkan output yang lebih besar,
4.      Efisiensi karena abitrase ekonomi,
5.      Efisiensi karena ketepatan penilaian dasar aset-asetnya,
6.  Efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi resiko yang akan muncul, dan
7.    Efisiensi fungsional yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan.

2.2.4         Faktor-faktor Inefisiensi

Menurut Giuffrida dan Gravelle (2001), ada tiga sumber inefisiensi biaya diantaranya:           
1.   Inefisiensi teknik (technical inefficiency) yaitu inefisiensi yang terjadi jika hanya  sedikit output yang dihasilkan dari sejumlah input tertentu. Tingkat output Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) berada jauh di atas garis isokuan.
2.     Inefisiensi alokasi (allocative inefficiency) yaitu inefisiensi yang terjadi ketika input digunakan dalam proporsi yang salah, sehingga harga dan produktivitas berada pada satu garis batas. Unit Kegiatan Ekonomi tetap berada pada garis isokuan, tetapi pada titik yang salah.
3.    Inefisiensi skala (scale inefficiency) yaitu inefisiensi yang terjadi ketika biaya total dapat dikurangi dengan merubah jumlah Unit Kegiatan Ekonomi, dan Unit Kegiatan Ekonomi berada pada garis isokuan yang salah.


C. Hubungan Asuransi Kesehatan dengan Efisiensi Lembaga Keuangan (Bank)

            Pada awalnya hubungan yang terjalin antara asuransi dengan  lembaga keuangan bank berupa insurable interest yang merupakan salah satu dari lima prinsip utama asuransi. Insurable Interest adalah hak yang dimiliki oleh individu untuk mengasuransi jiwa atau harta benda yang timbul dari adanya kepentingan keuangan individu tersebut terhadap subyek yang diasuransikan yang mana kepentingan tersebut harus diakui oleh badan hukum.
Insurable interestyang dimiliki bank dapat dilihat dari kontrak, misalnya perjanjian kerjasama dengan bank yang menyebabkan bank memiliki insurable interest terhadap barang yang diagunkan dan insurable interest pada bank dapat dilihat dari hukum kebiasaan (common law), yaitu pemilik barang memiliki kepentingan keuangan atas keselamatan barang yang dimilikinya.
Singkatnya Insurable interest dapat menghubungkan asuransi dengan lembaga keuangan bank karena adanya keterkaitan, sesuatu yang dinilai, dan penggantian akan adanya kerugian.
            Asuransi kesehatan memiliki hubungan dengan efisiensi lembaga keuangan yaitu seperti mencegah resiko ketidaktertagihnya kredit yang dialami oleh bank akibat dari peminjam yang mengalami kecelakaan hingga mengalami kematian.Jadi dalam hal ini bank mengalihkan resiko kepada asuransi, dan asuransi bertugas mengcover kerugian materi yang dialami bank apabila terjadi kredit macet dan ketidaktertagihnya kredit. Tentu saja sebelum mengalihkan resiko kepada asuransi, bank membayar premi kepada asuransi sehingga ketika terjadinya ketidaktertagihnya kredit macet, asuransi akan memperhitungkan berapa besar uang pertanggungan yang akan diberikan kepada bank.Penghapusan kredit karena peminjam yang mengalami kecelakaan dan pada akhirnya meninggal,memberikan manfaat berupabantuan moral kepada penerima manfaat.Sementara keluarga yang ditinggalkan menghargai fakta bahwa mereka tidak perlu melunasi pinjaman dari peminjam yang telah meninggal dunia.Dalam hal ini asuransi berperan mengcover resiko yang bersifat definitif dan resiko berdampak finansial.
            Sekarang mari kita lihat hubungan asuransi kesehatan dengan efisiensi lembaga keuangan. Jika dilihat dari efisiensi lembaga keuangan yang dalam hal ini ialah bank, umumnya karyawan bank diberikan asuransi kesehatan oleh bank tempatnya bekerja dengan jumlah premi yang telah dihitung berdasarkan prosentase seberapa besar bank menanggung premi asuransi kesehatan karyawannya dan seberapa besar premi asuransi kesehatan itu ditangung oleh karyawan bank masing-masing. Premi asuransi kesehatan  yang ditanggung oleh karyawan dihitung dengan cara prosentase dari gaji mereka, yang pada akhirnya gaji karyawan bank akan menurun karena telah dipotong oleh premi asuransi kesehatan yang ditanggung oleh karyawan tersebut.
            Jika sebuah bank memberikan jaminan berupa pemberian asuransi kesehatan kepada semua karyawan bank tersebut, maka tentu saja jumlah biaya bank akan meningkat karena adanya premi yang harus dibayarkan oleh bank. Dalam hal ini bank perlu melakukan efisiensi dengan carayang pertama yaitu menaikan pendapatan bunga dari sisi loan diatas pendapatan bunga dari sisi deposits (i2 > i1) agar bank mendapatkan pendapatan untuk menutupi semua biaya bank yang ada.


            Rumus LDR dibawah ini akan mencerminkan seberapa besar tingkat efisiensi suatu bank, yaitu loan harus lebih besar dari pada deposits dan capital.
Karena hal itu, maka yang dilakukan bank ialah menjaring nasabah sebanyak mungkin, tidak hanya untuk menabung melainkan juga untuk melakukan transaksi kredit kepada bank.Hal tersebut dilakukan bank karena bank tidak dapat menaikan tingkat suku bunga pinjaman untuk lebih tinggi dari tabungan, karena keseluruhan tingkat suku bunga bank telah diatur oleh Bank Indonesia, baik itu suku bunga deposits dan loan.
            Cara kedua dari sisi bank untuk melakukan efisiensi ialah dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pemberian hadiah kepada para nasabah yang memiliki tabungan diatas rata-rata nasabah lainnya. Biasanya pemberian hadiah kepada nasabah ini dilakukan dengan cara pengundian. Seperti yang kita ketahui bahwa begitu besar biaya yang dikeluarkan bank untuk memberikan hadiah kepada nasabah seperti membeli 100 sepeda motor, 10 mobil sedan, 5 rumah, dll. Memang pada dasarnya semua hadiah ini berasal dari bunga loan yang telah disalurkan oleh bank, tetapi alangkah lebih bijaksananya jika bank mengurangi biaya untuk pemberian hadiah tersebut sehingga sebagian dana yang tidak tersalurkan untuk membeli hadiah dapat digunakan untuk membayar premi asuransi kesehatan karyawan. Apalagi jika sebagian dana yang tidak tersalurkan untuk membeli hadiah tersebut dapat dialokasikan bank untuk mengurangi prosentasi premi asuransi kesehatan yang ditanggung oleh karyawan dari gajinya, tentu saja hal ini lebih menguntungkan bagi karyawan karena karyawan akan menerima gaji yang lebih besar sehingga pendapatan masyarakat dan kesehatan akan meningkat.
            Cara ketiga dari sisi bank untuk melakukan efisiensi ialah dengan mengurangi kesenjangan penghasilan yang diterima oleh karyawan pada bagian atas yakni manager beserta atasannya dengan karyawan pada bagian menengah hingga pada karyawan di bagian bawah. Jika kesenjangan penghasilan yang begitu tinggi ini dapat dikurangi, maka tentu saja bank melakukan sebuah efisiensi yang pada akhirnya dana tersebut dapat digunakan untuk membayar premi asuransi kasehatan para karyawannya walaupun pada dasarnya bank telah memiliki dana untuk membayar premi asuransi kesehatan.
            Cara keempat dari sisi bank yaitu dengan melakukan upaya perbaikan efisiensi yaitu dengan meningkatkan penggunaan input secara lebih efisien. Pendapatan non bunga misalnya, merupakan penerimaan paling potensial bagi bank yang dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan efisiensi lembaga keuangan, untuk itu bank perlu terus meningkatkan penerimaan pendapatan non bunga agar tercapai efisiensi yang maksimal. Upaya lain perlu dilakukan, antara lain dengan meningkatkan produk-produk pelayanan jasa bank, mengingat sektor perbankan rentan terhadap perubahan struktur ekonomi.
            Kemudian jika dilihat dari efisiensi asuransi kesehatan, tentu saja yang dapat dilakukan yaitu dengan meminimkan seberapa besar resiko-resiko kerugian yang akan terjadi. Karena asuransi hanya mengukur sebuah kerugian yang akan menjadi uang pertanggungandan bukan sebuah keuntungan atau premi yang diterima. Maka dari itu asuransi memiliki hubungan dengan efisiensi lembaga keuangan, karena asuransi membutuhkan bank untuk menyimpan premi asuransi yang telah diterima dari tertanggung demi keamanan, keuntungan, dan keefisienan. Kemanan tersebut didapat karena pihak asuransi tidak menyimpan dana premi di brankas miliknya melainkan dibrankas bank demi mengurangi resiko dari kehilangan dana tersebut. Keuntungan yang diterima asuransi dapat dilihat dari bunga yang akan asuransi peroleh dan hadiah dari premi yang telah asuransi simpan di bank. Dan keefisienan dapat dilihat dari card atau kartu rekening yang dimiliki asuransi atas premi yang telah disimpan di bank karena dalam hal ini asuransi juga merupakan nasabah bank.


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari makalah seputar hubungan asuransi kesehatan dengan efisiensi lembaga keuangan adalah sebagai berikut:
1.  Asuransi merupakan lembaga yang memberikan perlindungan dengan imbalan dari sejumlah premi yang telah dibayarkan. Maka dari itu di dalam sistem perekonomian, asuransi membutuhkan lembaga keuangan begitupun sebaliknya. Sistematika asuransi dan lembaga keuangan dalam menjalani roda perputaran ekonomi sangat sejalan, maka dari itu dapat dikatakan asuransi memiliki hubungan dengan efisiensi lembaga keuangan.
2.  Berdasarkan kinerja asuransi dan lembaga keuangan dapat terlihat sebuah efisiensi. Efisiensi sebuah lembaga keuangan terlihat dari LDR, KUK, dan korektibilitas kreditnya yang juga dapat diukur menggunakan standar akuntansi, misalnya dari returnon equity (ROE), return on asset (ROA) ,asset turn over maupun return on permanent capital, dan net interest margin. Efisiensi asuransi dapat terlihat padarasio kecukupan tingkat solvabilitas (solvency margin) terhadap tingkat solvabilitas minimum (minimum solvency) atau disebut juga rasio Pencapaian Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM). Hal ini dapat diartikan sebagai suatu ketentuan modal minimum yang dipersyaratkan (minimum capital requirements), atau dalam perbankan sering disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). Dengan ketentuan tersebut regulator dapat mengawasi sejauh mana keamanan dan kestabilan perusahaan asuransi dalam memenuhi kewajibannya kepada para pemegang polis atau shake holder lainnya.
3.   Tidak semua risiko dapat diasuransikan, ada persyaratan risiko untuk dapat diasuransikan (insurable risks). Beberapa syarat risiko untuk dapat diasuransikan adalah sebagai berikut:Risiko tersebut haruslah bersifat murni (pure), Risiko bersifat definitif, Risiko bersifat statis, Risiko berdampak finansial, Risiko measurable atau quantifiable, ukuran risiko harus besar (large).
4.    Dilihat dari peranannya, asuransi  merupakan lembaga yang memberikan perlindungan dengan imbalan dari sejumlah premi yang telah dibayarkan oleh tertanggung tentu saja memiliki hubungan dengan efisiensi lembaga keuangan, begitupun sebaliknya karena pada dasarnya asuransi membutuhkan lembaga keuangan bank untuk menyimpan dananya dan lembaga keuangan bank membutuhkan asuransi untuk penjamin atas resiko-resiko yang akan terjadi di bank .
5.    Pengelolaan financial Bank yang lebih efisien diharapkan akan mendapat keuntungan yang optimal, dana pinjaman yang lebih banyak, dan kualitas servis yang lebih baik pada nasabah.


3.2  Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah seputar hubungan asuransi kesehatan dengan efisiensi lembaga keungan diantaranya:

1.    Agar lembaga keuangan lebih efisien, bank diharapkan  tidak hanya bergerak dalam dunia perbankan tetapi juga bergerak pada dunia asuransi, agensi, dan lising. Supaya bank dapat lebih leluasa dalam mengontrol pemasukan dan pengeluarannya, serta dapat lebih meminimkan resiko-resiko yang akan terjadi di bank. Contohnya jika bank mengasuransikan karyawannya pada asuransi kesehatan maka tentu saja bank harus membayar premi untuk menerima upah pertanggungan dari asuransi akan resiko yang terjadi.Jika suatu resiko telah terjadi, tentu saja lembaga asuransi hanya membayar uang pertanggungan sebesar resiko tersebut bukan sebesar premi yang telah ia terima. Maka dari itu, jika bank memiliki asuransi pula, bank akan lebih untung dan efisien karena premi dan uang pertanggungan tersebut diatur dan dikendalikan sendiri oleh bank.
2.  Diharapkan dengan ditemukannya faktor penyebab inefisiensi maka dapat dilakukan kebijakan koreksi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas kinerja bank.


Daftar Pustaka

Hermana, Budi dan Margianti, E.S. 2011.Manajemen Dana Bank Prinsip dan Regulasi di Indonesia.
http://kerockan.blogspot.com/2009/12/mekanisme-klaim-asuransi-kesehatan.html