Nama ilmiah bawang putih adalah Allium sativum. Bawang putih termasuk tanaman umbi-umbian
dari kelas dicotyledonae. Bawang
putih mempunyai manfaat sebagai salah satu zat anti kanker dalam tubuh manusia.
Pertumbuhan bawang putih di Indonesia memang tidak banyak menyumbang kebutuhan
bawang putih di dunia. Produksi bawang putih di Indonesia terus mengalami
penurunan. Pada 1998 – 2002 , Indonesia hanya mampu berkontribusi dalam
pemenuhan bawang putih untuk masyarakat dunia sebanyak 0,4 hingga 0,9 persen.
Penurunan hasil produksi bawang putih dari para petani Indonesia disebabkan
dengan sistem perekonomian di Indonesia, kondisi tanah kurang cocok, penggunaan
teknologi pertanian yang tidak tepat guna, harga input atau penunjang kegiatan
tani (seperti pupuk dan pestisida yang mahal), serta peluang jual ke pasar yang
juga tidak terlalu besar, maka dapat dipastikan produksi bawang putih di
kalangan petani Indonesia dapat terhambat.
Produksi Bawang Putih
di Indonesia
Bawang putih akan dapat
berkembang dengan baik bila berada di dataran rendah. Daerah di Indonesia yang
memiliki kriteria tanah cocok untuk pertumbuhan bawang putih adalah Yogyakarta,
Brebes, Nganjuk, Mojokerto khususnya kecamatan Pacet , dan pulai dewata Bali.
Permintaan bawang putih melonjak sedangkan stok barangnya tidak ada
(pasokan dari Surabaya belum sampai), sehingga harga bawang putih melonjak
drastis. Akibat harga yang naik secara drastis maka omzet penjual turun dari
600-800ribu di bulan oktober. Sehari-hari bawang putih dapat terjual 5 sampai 8
karung per bulan, tapi sejak harga naik, omzet per bulan hanya 2 karung saja.
Sementara itu, pasokan bawang putih di kota Pangkal Pinang provinsi
Bangka Belitung masih mencukupi permintaan konsumen karena pasokan dari daerah
sentra produksi bawang di Pulau Jawa dan Sumatera meningkat. diperkirakan
permintaan bawang putih, bawang merah, cabai, tomat dan sayur mayur lainnya
akan meningkat seminggu menjelang Idul Adha karena sangat dibutuhkan membuat
aneka masakan menyambut lebaran.
Harga bawang putih di pasar tradisonal Kota Agung, Kabupaten Tanggamus , kembali naik dari harga bawang putih berkisaran Rp8.000-Rp9.000, kini naik hingga Rp10.000 per kilogram. Kenaikan harga bawang putih ini di sejumlah pasar di Kecamatan Kota Agung dikarenakan stok bawang putih masih minim. Sedangkan permintaan sedang meningkat sehingga harga bawang putih saat ini mengalami kenaikan. Namun demikian, kenaikan harga bawang putih ini tidak diikuti oleh bawang merah. Dimana harga bawang merah saat ini mengalami penurunan. Harga bawang merah pada minggu lalu berkisaran Rp14.000 per kilogram. Pada minggu ini turun menjadi Rp12.000 per kilogram.
Harga bawang putih di pasar tradisonal Kota Agung, Kabupaten Tanggamus , kembali naik dari harga bawang putih berkisaran Rp8.000-Rp9.000, kini naik hingga Rp10.000 per kilogram. Kenaikan harga bawang putih ini di sejumlah pasar di Kecamatan Kota Agung dikarenakan stok bawang putih masih minim. Sedangkan permintaan sedang meningkat sehingga harga bawang putih saat ini mengalami kenaikan. Namun demikian, kenaikan harga bawang putih ini tidak diikuti oleh bawang merah. Dimana harga bawang merah saat ini mengalami penurunan. Harga bawang merah pada minggu lalu berkisaran Rp14.000 per kilogram. Pada minggu ini turun menjadi Rp12.000 per kilogram.
Produk
bawang putih impor asal Negeri Tirai Bambu Cina terus menguasai pangsa pasar
dalam negeri. Setiap tahun Indonesia harus impor ratusan juta dolar. Indonesia
ketergantungan bawang putih impor dari Cina sudah terjadi sejak lama. Bawang
putih asal Cina ada dalam kualitas baik dan dalam harga yang sangat murah. Cina
merupakak produsen bawang putih terbesar di dunia. Dengan masuknya, bawang
putih impor dari Cina, maka sisi positifnya dengan banyak masuknya bawang putih
dari Cina karena menyebabkan harga lebih murah bagi konsumen. Tapi, sisi petani
lokal, kondisi ini lambat laun memukul produksi mereka. Diperkirakan bawang
putih impor menguasai 90% lebih pasar dalam negeri dan sisanya bawang putih
lokal.
Produk bawang putih lokal menghilang sejak beberapa tahun lalu.
Hal itu disebabkan produk bawang putih asal Cina yang terus menguasai pasar
dalam negeri. Keistimewaan bawang impor asal Cina karena harganya lebih murah
dan kualitasnya lebih bagus, yakni lebih besar dan bawang lebih bersih. Stok
barang pun tidak mengenal musim dan waktu, setiap hari bawang impor selalu ada
dalam jumlah yang banyak. Berbeda dengan bawang putih lokal yang membutuhkan
waktu cukup, baru bisa dipanen. Harga bawang puith impor cukup terjangkau, Rp
10.000/kg untuk ukuran besar, dan Rp 9.000/kg untuk ukuran sedang.
Harga Bawang Putih
Stabil
Harga bawang putih cenderung stabil
pada 2011 dibandingkan harga komoditi pertanian lainnya. Jika terdapat
perubahan hargapun tidak berfluktuasi terlalu tinggi walaupun distribusinya
agak meningkat. Data yang bersumber dari Kementerian Perdagangan pada Januari
2011, menyebutkan bahwa harga bawang putih berkisar Rp. 18.258 per kg dan pada
Februari sempat turun menjadi Rp. 15.000 per kg. Bulan berikutnya, harga bawang
putih kembali naik menjadi Rp. 17.571 per kg dan naik lagi menjadi Rp. 18.857
per kg pada bulan April , dan Rp. 10.000,- per kg pada 26 oktober 2011.
Stabilnya harga bawang putih
akhir-akhir ini dipengaruhi oleh banyaknya pasokan bawang putih dan
permintaannyapun tidak melonjak. Sebagian besar kebutuhan bawang putih nasional
selama ini dipenuhi dari luar negeri atau impor. Pada 2010, impor bawang putih
nasional mencapai 361.174 ton yang bernilai 245.960 juta dollar. Di awal 2011,
impor bawang putih tercatat sebanyak 43.387 ton yang bernilai impor 32.318 juta
dollar.
Pemerintah belum dapat memenuhi
kebutuhan bawang putih dari negeri sendiri. Alasannya adalah belum tertariknya
para petani menanam bawang putih karena dulu harganya murah sekali. Saat ini,
harga bawang putih bisa dikatakan tinggi sehingga menarik minat para petani
untuk menanamnya. Rencananya, Kementerian Pertanian akan mengkampanyekan petani
untuk menanam bawang putih dan meningkatkan produksinya.
Di Indonesia, terdapat empat
sentra produksi bawang putih. Tempat-tempat tersebut adalah Tegal, Pemalang,
Karanganyar, dan Palu. Pada 2011 ini, diharapkan produksi bawang putih nasional
dapat meningkat kontribusinya dari 4% menjadi 8% dari kebutuhan nasional.
Bawang Putih Lokal dan
Impor
Seorang pedagang grosir
mengatakan bahwa ia sudah menjual bawang putih dari Cina selama berbulan-bulan.
Hal ini karena para konsumen lebih banyak yang memilih bawang putih impor
karena lebih besar dan bersih. Namun, masalah rasa bawang putih lokal lebih
enak.
Saat ini lahan pertanian bawang
putih di Pulau Jawa hanya tersisa sekitar 70 hectare dari 10 hectare. Sisanya
saat ini berpusat di Tegal, Jawa Tengah. Inilah yang membuat bawang putih lokal
kalah bersaing dengan Cina sehingga kehilangan pasar.
Surplus, Shortage, dan Equilibirium
Bawang Putih
Kasus I à Surplus
1.
Apakah bawang putih pada harga Rp. 10.000/kg
akan menjadi harga pasar yang berlaku umum ?
Tidak ! karena
pada harga tersebut penjual mau menjual dengan jumlah 11.000 kg , tetapi
pembeli hanya mau membeli dengan jumlah 5.000 kg. Jadi ada kelebihan (surplus
supply) sebanyak 6.000 kg yang tidak terjual. Agar semua bawang putih laku
terjual , penjual menurunkan harga jualnya. Jadi, harga Rp. 10.000/kg tidak
akan menjadi harga yang berlaku umum dipasaran. Situasi ini disebut “buyers
market” (pasar dikuasai oleh para pembeli). Jadi pembeli merupakan pihak yang
kuat dari pada penjual. Karena penjual bersedia menurunkan harga dan
mencari-cari pembeli agar semua bawang putih laku terjual. Hal ini akan
menguntungkan bagi pembeli.
Kasus II à Shortage
2.
Apakah bawang putih pada harga Rp. 10.000/kg
akan menjadi harga pasar yang berlaku umum ?
Tidak ! karena
pada harga tersebut penjual ingin menjual 7.000 kg sedangkan pembeli ingin
membeli sebanyak 10.000 kg. Jadi ada kekurangan (shortage supply) sebanyak
3.000 kg. Hal ini menyebabkan pembeli berani membayar dengan harga lebih
tinggi. Situasi ini yang disebut “sellers market” (pasar dikuasai oleh para
penjual). Jadi penjual merupakan pihak yang kuat dari pada pembeli. Hal ini
akan menguntungkan pihak penjual.
Kasus III à Harga Keseimbangan (Equilibirium)
3.
Apakah bawang putih pada harga Rp. 10.000/kg
akan menjadi harga pasar yang berlaku umum ?
Dapat ! karena pada
harga Rp. 10.000/kg, jumlah yang mau dibeli (Qd = 6.000 kg) dan jumlah yang mau
dijual (Qs = 6.000 kg) tepat sama, tidak ada kekurangan dan tidak ada
kelebihan. Jadi pada harga ini semua pihak akan mendapatkan apa yang
diinginkan. Dan tidak ada alasan untuk menaikan atau menurunkan harga lagi
(cateris paribus). Maka harga Rp. 10.000,- ini disebut harga keseimbangan
(Equilibirium Price) yaitu harga yang menyeimbangkan permintaan dan penawaran,
atau P dimana Qd = Qs.
Kurva Permintaan dan
Penawaran
Dengan Qd = 6.000 kg dan Qs =
6.000 kg yang pada tingkat harga sama yaitu Rp. 10.000,- maka dapat dilukiskan
dengan kurva. Jumlah (Qd dan Qs) diukur pada sumbu horizontal (sumbu x) dan
harga per satuan kg diukur pada sumbu tegak (sumbu Y).Perpotongan kurva
tersebut menunjukan harga keseimbangan yaitu Qd = Qs = Rp. 10.000 kg .
Keterangan Gambar Harga
Keseimbangan (equilibirium)
Kurva permintaan (D) turun ke kanan
bawah
Kurve
Permintaan (D) turun ke kanan-bawah. Kurve Penawaran (S) naik ke kanan-atas.
Perpotongan kurve D dan kurva S menunjukkan harga keseimbangan, yaitu P = Rp
10.000/kg. Pada harga itu jumlah yang diperjualbelikan Q = 6.000/kg.
Pada harga
lebih tinggi, daripada harga keseimbangan tersebut, terdapat surplus. Supaya barangnya
laku, para penjual terdorong untuk menurunkan harga jual. Sebaliknya jika harga
lebih rendah daripada Rp 10.000/kg, maka ada kekurangan (shortage) bawang putih
yang akan mendorong pembeli menawar harga yang Iebih tinggi.
Dan grafik segera tampak bahwa pada
semua harga yang lebih tinggi daripada harga keseimbangan (pada P>10.000),
maka Qs > Qd berarti terdapat surplus. Surplus ini akan mendorong para
penjual untuk menurunkan harga jualnya. Pada harga yang lebih rendah itu, para
penjual akan mengurangi jumlah yang ditawarkan (= hukum penawaran). Jika harga
diturunkan, para pembeli akan bersedia membeli lebih banyak atau Qd bertambah
(hukum permintaan). Proses ini berjalan terus sampai surplus tersebut hilang. Jadi
misalnya apakah harga Rp 10.000/kg bisa terjadi? Bisa! Apakah harga Rp 10.000
akan dapat tahan lama? Tidak! Sebab pada harga Rp 10.000/kg itu Qs > Qd (11.000
kg > 5.000 kg) berarti masih tetap ada surplus/kelebihan supply.
Demikian pula pada semua harga yang
lebih rendah daripada harga keseimbangan (pada P <10.000), maka Qd > Qs
,jadi ada kekurangan supply (Shortage). Kekurangan tersebut akan mendorong para
pembeli untuk menawar dengan harga lebih tinggi, agar mendapatkan bawang putih
sebanyak yang dibutuhkan. Hal ini terjadi sampai tercapai keseimbangan. Jadi
misalnya harga Rp 10.000/kg, apakah akan bisa tahan lama? Tidak! Sebab pada
harga itu Qd > Qs (10.000 kg > 7.000 kg).
Satu-satunya harga yang dapat
bertahan lama ialah harga dimana Qs = Qs. Pada harga dan kuantitas itu
kecenderungan menaikkan dan menurunkan harga atau untuk menambah dan mengurangi
jumlah tidak ada. Maka harga Rp 10.000 / kg pada Qd = Qs = 6.000 kg adalah
harga keseimbangan (Equilibrium price).
NAMA : MUTHIYA GABRIELA MALAWAT dan CANDY GLORIA
KELAS : SMAK 04-3
NPM : 24210878 dan 21210516
MATKUL : TEORI EKONOMI 1*
TUGAS kelompok ke-1
REFERENSI :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar