Nama
: Muthiya Gabriela Malawat (2421 0878)
: Melvina Permatasari (2421
0352)
Kelas : SMAK – 04
Competiviness of The European Food
Industry
An Economic and Legal Assessment
Jurnal ini ditulis oleh J.H.M.
Wijinands , B.M.J. Van Der Meulen , K.J. Poppe pada tanggal 28 November 2006. Jurnal
ini membahas daya saing industri makanan di Eropa. Untuk menulis jurnal ini,
penulis menganalisa daya saing industri yang akan dievaluasi pada beberapa
indikator indsutri seperti nilai tambah bruto, produktivitas tenaga kerja, dan
indikator perdagangan internasional. Perdagangan internasional disini ditujukan
kepada nilai ekspor yang tujuannya adalah untuk brenchmark Uni Eropa pada pasar
dunia dan untuk mendapatkan legalisasi.
Menurut jurnal ini Daya saing industri makanan di Eropa lemah bila
dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Canada, dan kira-kira berada pada level
yang sama dengan industri di Australia dan Brazil. Skenario menunjukkan bahwa
pertumbuhan produktivitas di Uni Eropa lebih tinggi dari negara-negara di dunia
lainnya, sedangkan daya saing di Uni Eropa tergolong lemah. Meskipun lemahnya
daya saing, namun sejumlah industri makanan terkemuka berlokasi di Uni Eropa.
Selain itu pentingnya industri makanan pada total produksi sedang berkembang dan
nilai sub-sektor lebih tinggi dari sebagian besar sub-sektor di bidang
manufaktur. Dampak dari undang-undang pangan tidak mempengaruhi daya saing Uni
Eropa secara negative dibandingkan dengan Amerika Serikat. Secara umum,
pandangan Uni Eropa pada undang-undang pangan positif. Otoritas Uni Eropa dapat
meningkatkan dukungan untuk industri pangan Eropa dengan melibatkan negosiasi
ekspor. Penelitian ini adalah salah satu dari sedikit penelitian yang pernah
ada, atau bahkan satu-satunya penelitian yang mencakup semua sub-sektor dari
industri makanan dan mengacu pada negara-negara non Uni Eropa.
Dari penelitian ini dapat dilihat
beberapa indikator untuk mengukur daya saing industri diantaranya :
1.
Pertumbuhan nilai tambah nyata untuk industri makanan yang mencerminkan
persaingan untuk faktor produk antara industri yang berbeda dalam suatu negara.
2.
Pertumbuhan indeks Balassa yang mencerminkan tingkat ekspor spesialisasi dalam
satu kategori barang dari satu negara.
3.
Pertumbuhan pangsa ekspor (devisit absolut) di pasar dunia yang
mengindikatorkan kinerja yang mencerminkan hasil dari proses yang kompetitif.
4.
Pertumbuhan nilai tambah nyata yang mencerminkan dinamika industri dengan
indikator yang didasarkan pada pendekatan teori ekonomi internasional.
Jadi secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kualifikasi akhir dari daya saing berdasarkan
pada indikator internasional, tetapi bagian deskriptif juga memberikan
informasi yang berkaitan dengan dasar teori pengambilan keputusan oleh
perusahaan individual. Industri makanan
Eropa akan mengacu kepada Amerika Serikat dan jika negara-negara memiliki relevan
produksi untuk sub-sektor tertentu seperti Australia, Brazil dan Kanada. Pemilihan Negara-negara tersebut berdasarkan
pada pentingnya ekspor mereka.
Berdasarkan hasil penelitian, daya
saing sektor yang masih dominan berkembang pada bidang manufaktur. Namun nilai
tambah, penciptaan lapangan kerja, dan preferensi konsumen yang berkembang
sangat cepat serta menjadi lebih
menuntut dan canggih telah menjadi sebuah masalah pada saat ini. Maka industri
perlu menyesuaikan dan beradaptasi dengan keadaan ini dengan melakukan inovasi
untuk mempertahankan dan menaklukan pangsa pasar di pasar domestik maupun pasar
asing.