Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara yang jumlah penduduknya terbanyak dan menempati posisi ke 4 didunia. Dengan adanya jumlah penduduk yang banyak akan menimbulkan beban dan masalah bagi Negara. Contoh : kemiskinan, kriminalitas dan kelaparan, namun masalah yang paling vital adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang harus diminimalisir karena kemiskinan akan menimbulkan berbagai macam persoalan dan kemiskinan merupakan akar dari semua masalah yang dihadapi Negara saat ini. Sudah berbagai upaya yang dilakukan pemerintah saat ini, namun pada halnya kemiskinan belum juga teratasi hingga kini. Menghilangkan kemiskinan boleh dikata mimpi atau hanya janji surga. Tapi mengurangi kemiskinan sekecil mungkin bisa dilakukan.
Selain kemiskinan, pengamatan terhadap kesenjangan pendapatan telah menarik perhatian bagi berbagai pihak baik perencana pembangunan, peneliti sosial, politisi maupun masyarakat madani. Peningkatan kesenjangan pendapatan antarpenduduk di suatu negara dan antarnegara perlu diwaspadai sebagai salah satu risiko serius dalam perekonomian global dekade mendatang. Secara politis, dunia kini mulai diwarnai tanda-tanda perpecahan horisontal bersamaan dengan bangkitnya rasa nasionalisme. Ini turut dipicu perbedaan pendapat di antarnegara mengenai metode kebijakan ekonomi yang inklusif bagi negaranya. Untuk memenuhi tantangan global ini, peningkatan kualitas tatakelola pemerintahan global jadi faktor krusial untuk menekan potensi konflik yang tercipta. Kondisi ini semakin diperuncing oleh perebutan dan gejolak harga tiga sumber daya strategis, yakni pangan, energi, dan air. Pembahasan dan interpretasi terhadap hasil pengamatan tentang kesenjangan pendapatan akan berbeda menurut sudut pandang, kepentingan dan ideology yang dianut oleh masing-masing pihak. Namun, berbagai pihak menyepakati tentang konsepsi kesenjangan pendapatan yang berlaku umum.
Pembahasan
I. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Mengukur kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskian relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, yang biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Di Negara-negara maju, kemiskinan relative diukur sebagai suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata per kapita. Sebagi suatu ukuran relative, kemiskinan relative dapat berbeda menurut Negara atau periode di suatu Negara. Kemiskinan absolute adalah derajat dari kemiskinan di bawah, dimana kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak terpenuhi. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yang cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari. Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Garis kemiskinan didasarkan pada consumption based poverty line dimana terdapat dua elemen :
1. Pengeluaran yang diperlukan untuk standar gizi.
2. Jumlah kebutuhan lain yang bervariasi.
Faktor Penyebab kemiskinan
Kemiskinan timbul dari berbagai faktor yang setiap faktornya memerlukan pananganan khusus, diantaranya :
1.
- Terbatasnya sumber daya alam
Sumber daya alam adalah semua benda yang merupakan hadiah alam, baik ada dipermukaan tanah atau yang menimpan didalamnya untuk dipergunakan dalam prosos produksi (Soeiti, 1998). Sumber daya alam bukanlah pilihan atau buatan manusia, tetapi sudah tersedia dibumi dan manusia dapat mengambil manfaat darinya. Kalau sumber daya alam ini buatan seseorang atau bangsa, tentu Negara yang miskin sumber daya alam akan berusaha untuk membuatnya. Pengolahan yang kurang baik, selain tidak dapat memberikan manfaat yang optimal juga tidak dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
- Terbatasnya Sumber Daya Manusia
Bahwa sumber manusia tidak dengan sendirinya menjadi sediaan yang langsung bermanfaat untuk menutupi kebutuhan hidup manusia didaerah atau Negara dengan sumber daya manusia.
Tingkat kerendahan dan tingkat kemiskinan disuatu Negara tergantung pada dua faktor utama yakni :
1. Tingkat pendapatan Nasional rata-rata
2. Lebar sempitnya Kesenjangan
1. Tingkat pendapatan Nasional rata-rata
2. Lebar sempitnya Kesenjangan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
- Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin
- Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
- Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar
- Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
- Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial. Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Penyebab kegagalan program penanggulangan kemiskinan
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.
Strategi ke depan menaklukan kemiskinan
Strategi untuk mengatasi krisis kemiskinan tidak dapat lagi dilihat dari satu dimensi saja (pendekatan ekonomi), tetapi memerlukan diagnosa yang lengkap dan menyeluruh (sistemik) terhadap semua aspek yang menyebabkan kemiskinan secara lokal. Data dan informasi kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan serta pencapaian tujuan atau sasaran dari kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, baik di tingkat nasional, tingkat kabupaten/kota, maupun di tingkat komunitas.
Ada beberapa program yang perlu dilakukan agar kemiskinan di Indonesia bisa dikurangi dan ditaklukan :
1. Meningkatkan pendidikan rakyat.
Sebisa mungkin pendidikan harus terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia. Banyaknya sekolah yang rusak menunjukkan kurangnya pendidikan di Indonesia. Tentu bukan hanya fisik, bisa jadi gurunya pun kekurangan gaji dan tidak mengajar lagi.
2. Pembagian tanah/lahan pertanian untuk petani.
Paling tidak separuh rakyat (sekitar 100 juta penduduk) Indonesia masih hidup di bidang pertanian. Menurut Bank Dunia, mayoritas petani Indonesia memiliki lahan kurang dari 0,4 hektar. Bahkan ada yang tidak punya tanah dan sekedar jadi buruh tani. Kadang terjadi tawuran antar desa hingga jatuh korban jiwa hanya karena memperebutkan lahan beberapa hektar.
3. Tutup bisnis pangan kebutuhan utama rakyat dari para pengusaha besar.
Para petani/pekebun kecil sulit untuk mengekspor produk mereka. Sebaliknya para pengusaha besar dengan mudah mengekspor produk mereka (para pengusaha bisa menekan/melobi pemerintah) sehingga rakyat justru bisa kekurangan makanan atau harus membayar tinggi sama dengan harga Internasional. Ini sudah terbukti dengan melonjaknya harga minyak kelapa hingga 2 kali lipat lebih dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan akibat kenaikan harga Internasional. Pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa. Jika produk utama seperti beras, kedelai, terigu dikuasai oleh pengusaha, rakyat akan menderita akibat permainan harga.
4. Lakukan efisiensi di bidang pertanian.
Perlu dikaji apakah pertanian kita efisien atau tidak. Jika pestisida kimia mahal dan berbahaya bagi kesehatan, pertimbangkan predator alami seperti burung hantu untuk memakan tikus, dsb. Begitu pula jika pupuk kimia mahal dan berbahaya, coba pupuk organik seperti pupuk hijau/kompos. Semakin murah biaya pestisida dan pupuk, para petani akan semakin terbantu karena ongkos tani semakin rendah.
5. Data produk-produk yang masih kita impor.
Kemudian teliti produk mana yang bisa dikembangkan di dalam negeri sehingga kita tidak tergantung dengan impor sekaligus membuka lapangan kerja. Sebagai contoh jika mobil bisa kita produksi sendiri, maka itu akan sangat menghemat devisa dan membuka lapangan kerja. Ada 1 juta mobil dan 6,2 juta sepeda motor terjual di Indonesia dengan nilai lebih dari Rp 200 trilyun/tahun. Jika pemerintah menyisihkan 1% saja dari APBN yang Rp 1.000 trilyun/tahun untuk membuat/mendukung BUMN yang menciptakan kendaraan nasional, maka akan terbuka lapangan kerja dan penghematan devisa milyaran dollar setiap tahunnya.
6. Stop eksploitasi/pengurasan kekayaan alam oleh perusahaan asing.
Kelola sendiri. Banyak kekayaan alam kita yang dikelola oleh asing dengan alasan kita tidak mampu dan sedang transfer teknologi. Kenyataannya dari tahun 1900 hingga saat ini ketika minyak hampir habis kita masih ”transfer teknologi”. Padahal 95% pekerja dan insinyur di perusahaan-perusahaan asing adalah orang Indonesia. Expat paling hanya untuk level managerial. Bahkan perusahaan migas Qatar pun di Kompas sering pasang lowongan untuk merekrut ahli migas kita. Saat ini 1.500 ahli perminyakan Indonesia bekerja di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, dan Qatar. Bahkan ada Doktor Perminyakan yang bekerja di negara Eropa seperti Noewegia.
7. Peningkatan fasilitas jalan dan listrik dipedesaan
Berbagai pengalaman di China, Vietnam, dan juga Indonesia sendiri menunjukan bahwa pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara yang efektif dalam mengurangi kemiskinan.
8. Perbaikan tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik
Indonesia sedang mengalami krisis penyediaan fasilitas sanitasi. Hanya kurang dari 1% limbah rumah tangga di Indonesia yang menjadi bagian dari sistem pembuangan.
9. Penghapusan larangan impor beras
Larangan impor beras yang diterapkan bukanlah menjadi kebijakan yang tepat dalam membantu petani, tetapi kebijakan yang merugikan orang miskin. Lebih dari 1,5 juta orang masuk dalam kategori miskin akibat kebijakan tersebut. Bahkan bantuan beras yang berasal dari Program Pangan Dunia (World Food Program) tidak diperbolehkan masuk ke Indonesia karena tidak memiliki izin impor. Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan harga beras. Manfaat tersebut semakin terlihat tidak jelas karena harga beras ditingkat petani tidak mengalami kenaikan yang berarti sementara harga di tingkat pengecer naik cukup tinggi. Dapat dikatakan bahwa hanya para pedagang yang menikmati manfaat kenaikan harga tersebut.
10. Pemabatasan pajak dan retribusi yang merugikan usaha lokal dan orang miskin
Salah satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin didaerah pedesaan adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian. Berbagai biaya yang timbul dari pemerintah daerah menghambat pertumbuhan usaha ditingkat lokal dan menurunkan harga jual yang diperoleh penduduk miskin atas barang yang mereka produksi.
11. Pemberian hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin
Adanya kepastian dalam kepemilikan tanah merupakan faktor penting untuk meningkatkan investasi dan produktifitas pertanian. Pemberian hak atas tanah juga membuka akses penduduk miskin pada kredit dan pinjaman. Dengan memiliki sertifikat kepemilikan mereka dapat meminjam uang, menginvestasikannya dan mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari aktifitas mereka.
12. Membangun lembaga-lembaga pembiayaan mikro yang memberi manfaat
Lembaga-lembaga ini dapat diandalkan untuk melayani masyarakat miskin secara lebih luas. Dengan solusi yang lebih tepat adalah memanfaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial kepada lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut.
13. Perbaikan kualitas dan penyediaan pendidikan transisi untuk sekolah menengah
Terlihat dengan banyaknya anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dan terpaksa keluar dari sekolah dasar sebelum menamatkannya. Hal ini terkait erat dengan masalah utama pendidikan di Indonesia, yaitu buruknya kualitas pendidikan. Pemerintah dapat memperbaiki kualitas dan mencegah terputusnya pendidikan masyarakat miskin.
14. Mengurangi tingkat kematian Ibu pada saat persalinan
Hal ini sering terjadi karena bantuan medis yang dibutuhkan tidak tersedia. Dan karena kebanyakan Ibu yang melahirkan memilih untuk meminta bantuan bidan tradisional dari pada fasilitas medis yang tersedia. Mengurangi angka kematian karena ini dengan cara, mengadakan kampanye nasional, menyediakan bantuan persalinan gratis, dan meningkatkan pelatihan bagi bidan desa.
15. Menyediakan lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin
Kesenjangan fiskal antar daerah di Indonesia sangatlah terasa. Akibatnya pemerintah daerah yang miskin sering tidak dapat menyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun kuallitas.untuk memecahkan masalah tersebut, perlu memperbaiki formulasi Dana Alokasi Umum (DAU) agar memungkinkan pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan dasar yang cukup baik dan meningkatkan pemberian Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk menunjang target program nasional pengentasan kemiskinan.
16. Merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran
Agar program yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin serta subsidi bahan bakar dan listrik, dapat mencapai sasaran dengan baik untuk menanggulangi kemiskinan.
II. Kesenjangan Pendapatan
Pembahasan kesenjangan menghendaki pendefisian kelompok-kelompok dalam masyarakat. Selain pengelompokan masyarakat berdasarkan tingkat pendapatan, pengukuran kesenjangan juga menggunakan daerah sebagai basis pengelompokan.
Faktor yang menyebabkan kesenjangan pendapatan salah satunya karena kelompok masyarakat yang sangat kaya masih menjadi penyokong utama pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi rumah tangga mereka. Sementara sektor industri berorientasi penciptaan nilai tambah penyerap lapangan kerja, yang menjadi salah satu indikator kesuksesan pertumbuhan ekonomi, justru kian melemah.
Indikator Kesenjangan
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat ukur, yaitu the generalized entropy (GE), ukuran atkinson, dan koefisien gini. Yang paling sering digunakan yaitu koefisien gini dan kurva lorenz.
Koefisien Gini
Adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 hingga 1, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan nasional. Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya, pertanda semakin baik atau merata distribusinya begitu pula untuk sebaliknya, Nilai Bila 0 : kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama dari pendapatan) dan bila 1 : ketidakmerataan yang sempurna dalam pembagian pendapatan.
Kurva Lorenz
Menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di kalangan-kalangan lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk. Kurvanya sendiri “ditempatkan” pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal, maka ia mencerminkan keadaan yang semakin bururk
Ide dasar dari perhitungan koefisien gini berasal dari kurva lorenz. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, dan semakin besar tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan.
Kesenjangan dikatakan sangat tinggi apabilai nilai koefisien gini berkisar antara 0,71-1,0. Kesenjangan tinggi dengan nilai koefisien gini 0,5-0,7. Kesenjangan sedang dengan nilai gini antara 0,36-0,49, dan Kesenjangan dikatakan rendah dengan koefisien gini antara 0,2-0,35.
Selain alat ukur diatas, cara pengukuran lainnya yang juga umum digunakan, terutama oleh Bank Dunia adalah dengan cara jumlah penduduk dikelompokkan menjadi tiga group : 40% penduduk dengan pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah, dan 20% penduduk dengan pendapatan tinggi dari jumlah penduduk. Selanjutnya, ketidakmerataan pendapatan diukur berdasarkan pendapatan yang dinikmati oleh 40% penduduk dengan pendapatan rendah. Menurut kriteria Bank Dunia, tingkat ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan dinyatakan tinggi, apabila 40% penduduk dari kelompok berpendapatan rendah menerima lebih kecil dari 12% dari jumlah pendapatan. Tingkat ketidakmerataan sedang, apabila kelompok tersebut menerima 12% sampai 17% dari jumlah pendapatan. Sedangkan ketidakmerataan rendah, apabila kelompok tersebut menerima lebih besar dari 17% dari jumlah pendapatan.
Hubungan antara Kesenjangan Pendapatan dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan antara tingkat kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan Kuznet Hypothesis, yaitu pemikiran yang bermula dari transfer yang berasal dari sektor tenaga kerja dengan produktivitas rendah (dan tingkat kesenjangan pendapatan rendah), kesektor yang mempunyai produktivitas tinggi (dan tingkat kesenjangan menengah).
Kesimpulan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok, sehingga ia mengalami kesusahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya. Dan di negara miskin perangsang untuk melaksanakan penanaman modal rendah, karena luas pasar untuk berbagai jenis barang terbatas dan hal belakangan yang disebutkan disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang rendah. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan pokok sehingga mengalami kesusahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langkah kehidupannya, sehingga kemiskinan merajalela baik di dunia berkembang maupun di dunia maju seperti zaman sekarang ini, dan terjadi kesenjangan antara yang miskin dan yang kaya.
Kesenjangan pendapatan yang terjadi di Indonesia secara makro dipengaruhi oleh adanya kesenjangan dalam alokasi sumber daya; sumberdaya manusia, fisik, teknologi dan capital. Salah satu dampak sosial yang terjadi akibat kesenjangan atau ketimpangan pembangunan ekonomi adalah adanya kemiskinan diberbagai sektor. Kemiskinan menjadi problem kolektif bangsa Indonesia. Berbagai program dan strategi mengentaskan kemiskinan juga telah banyak dilakukan oleh pemerintah, mulai dari penguatan kualitas sumberdaya manusia, pembukaan lapangan pekerjaan, eksplorasi sumberdaya alam dan penyediaan program padat karya. Agar Indonesia bisa makmur, maka Indonesia harus mengelola sendiri kekayaan alamnya. Jika beberapa langkah sederhana bisa dilakukan, niscaya Indonesia akan menjadi lebih baik.
Perbedaan Kemiskinan dengan Kesenjangan Pendapatan :
- Kemiskinan berkaitan dengan standar hidup yang absolut.
- Sedangkan Kesenjangan pendapatan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat.
Kesenjangan pendapatan diduga mempunyai pengaruh yang kuat dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam model yang diturunkan dari model pertumbuhan ekonomi. Hubungan kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi tidak terjadi secara langsung. Dengan menggunakan data panel menunjukan kesenjangan pendapatan, kurangnya akses ke pasar-pasar modal dan beberapa perubahan pendapatan semuanya mempunyai dampak negative terhadap investasi pada sumber daya manusia.
Peranan investasi untuk mengurangi kesenjangan pendapatan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam model pertumbuhan ekonomi diduga mempunyai hubungan yang positif dan signifikan.
* Hubungan antara kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi adalah negative dan signifikan.
* Investasi tidak memperbaiki redistribusi pendapatan, tetapi memperbaiki redistribusi kepemilikan tanah dan meningkatkan effisiensi alokasi sumber daya ekonomi.
* Model pertumbuhan ekonomi yang digunakan masih mengasumsikan fleksibilitas kapital dan labour tidak mudah untuk disubtitusikan terutama pada negara-negara yang sedang berkembang. Kemudahan subsitusi hanya terjadi pada tingkat teknologi yang digunakan.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar