:)

:)
WELCOME TO MY BLOG :) HAPPY READING :) I HOPE USEFUL FOR YOU !!! AND PLEASE LEAVE A COMMENT :)

Minggu, 19 Februari 2012

Kumpulan Jurnal Elastis dan Inelastis

          Elastisitas mengukur seberapa besar permintaan mengalami perubahan. Jadi elastisitas merupakan kemungkinan suatu variabel berubah karena variabel yg lain dengan cara mengukur peningkatan demand dengan tidak cerita delta, tetapi marginal .

Ada 4 jenis elastisitas  yang digunakan :
1. Elastisitas harga pada permintaan
2. Elastisitas harga pada penawaran
3. Elastisitas pendapatan pada permintaan
4. Elastisitas bersilang

1. Elastisitas harga pada permintaan
q  Reaksi perubahan harga pada permintaan
q  Jika % perubahan permintaan lebih besar dari % perubahan harga maka elastis
q  Jika % perubahan permintaan lebih kecil dari % perubahan harga maka inelastis

è Rumus elastisitas harga pada permintaan
=  % perubahan pada kuantitas permintaan  : % perubahan harga








Jika hasilnya diantara 0 dan -1 maka inelastis. Dan jika hasilnya diantara -1 dan tak terbatas maka elastis. Inti dari rumus diatas ialah jika harga naik maka permintaan turun , dan sebaliknya.

2. Elastisitas harga pada penawaran :
è Rumus = % Δ kuantitas penawaran : % Δ harga
è Jika inelastis, maka akan sulit bagi pemasok untuk bereaksi dengan cepat terhadap perubahan harga.
è Jika elastis , maka pemasok akan cepat bereaksi terhadap perubahan harga.

3. Elastisitas pendapatan pada permintaan
è Jika hasilnya positif maka menunjukan barang normal.
è Jika hasilnya negative maka menunjukan barang bermutu rendah.

4. Elastisitas silang
è Respon dari permintaan suatu barang terhadap perubahan harga  yang terkait dengan barang pengganti atau barang pelengkap.
è Xed = % Δ Qd dari barang a : % Δ harga dari barang b

Efek dari elastis dan inelastis :
1. Jika permintaan elastis pada harga
à Harga yang naik, akan menurunkan pendapatan (%Δ Qd > % Δ P)
è Harga yang turun, akan menaikan pendapatan (%Δ Qd > % Δ P)

2. Jika permintaan inelastic pada harga
à Kenaikan harga akan menaikan pendapatan (%Δ Qd < % Δ P)
è Penurunan harga akan menurunkan pendapatan (%Δ Qd < % Δ P)

Penentu Elastisitas :
1. waktu periode
à Semakin lama waktu yang dipertimbangkan, maka lebih elastis barangnya.

2. Jumlah dan kedekatan barang pengganti
à Semakin besar jumlah penggantian, maka barang lebih elastis

3. Proporsi pendapatan yang diambil oleh produk
à Semakin kecil proporsi yang diambil maka lebih inelastis

4. Kemewahan atau Kebutuhan
à Sebagai contoh, kecanduan obat

Berikut ini ada beberapa jurnal yang menceritakan elastisitas :

A. Jurnal-jurnal Elastis

1. THE IMPACT OF ADVERTISING ON CONSUMER PRICE SENSITIVITY IN EXPERIENCE GOODS MARKET
(Pengaruh Iklan Terhadap Sensitivitas Harga Konsumen di Pasar Barang yang Pengalaman)
Oleh : Michael P. Keane & Baohong Sun
29 November 2006

            Penelitian ini dilakukan di Chicago dan Atlanta dengan menggunakan 18 merk pada pasta gigi, sikat gigi, deterjen dan saus kecap. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa iklan melalui TV dapat menyebabkan suatu produk akan semakin dikenal oleh banyak orang maka secara otomatis hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut yang akan menciptakan brand sehingga masyarakat tidak lagi memperhitungkan tingkat harga pada produk tersebut. Hal inilah yang kemudian dimaksud dengan iklan yang dapat mempengaruhi sensitivitas harga konsumen. Jadi sensitivitas harga konsumen adalah kepekaan relatif dari harga dalam mempengaruhi keputusan pembelian dan kecenderungan untuk melakukan pencarian harga yang lebih baik.       Berdasarkan hasil penelitian tersebut, konsumen yang memiliki informasi harga dan kualitas yang lebih banyak akan menurunkan tingkat sensitivitas harga dan  sebaliknya. Jadi dapat dikatan bahwa  iklan dapat mempengaruhi tingkat permintaan suatu barang.

            Dalam kasus ini, peneliti meneliti barang-barang yang elastis, sehingga iklan yang menguntungkan dan lebih berpengaruh pada elastisitas harga adalah iklan yang tidak menurunkan elastisitas permintaan. Hal ini terjadi karena ketika elastisitas harga suatu barang naik, maka permintaan barang tersebut akan turun karena terdapat barang-barang alternatif atau subtitusi lainnya. Sebagai tambahan, keadaan tersebut dapat menyebabkan produsen baru untuk masuk ke dalam pasar. Jadi dapat disimpulkan bahwa iklan yang dapat menarik konsumen akan menurunkan sensitivitas harga. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan adanya iklan, maka permintaan akan barang dengan harga tertentu ikut berpengaruh dan hal ini merupakan elastis.

2.
Price and Income Elasticities of Residential Water Demand
(Elastisitas Harga dan Pendapatan terhadap Kediaman Permintaan Air)
Oleh : Jasper M. Dalhuisen , Raymond J.G.M. Flora, Henri L.F.M de Groot, Peter Nijkamp

            Di tahun 2011 ada permasalahan mengenai elastisitas permintaan terhadap air di USA dan Eropa. Karena di sana mulai diterapkan penggunaan tarif untuk pemakaian air di setiap perumahan. Ternyata ada kesenjangan yang cukup besar antara elastisitas harga dan elastisitas penghasilan karena bila digambarkan elastisitasnya mendekati 0. Nilai elastisitas yang mendekati 0 ini disebabkan oleh adanya pemakaian air yang tidak terkontrol di masyarakat sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah air yang dipasok dengan jumlah air yang dipakai. Akibatnya di USA diadakan penelitian untuk mengurangi kesenjangan di elastisitas tersebut. Metode yang digunakan antara lain metode increasing block rate tarif yang hasilnya adalah kebutuhan air menjadi lebih elastis dan elastisitas pendapatan menurun dan dengan metode decreasing block rate tarif yang hasilnya berbanding terbalik dengan metode increasing block rate tarif. Namun dalam kenyataannya dari kedua metode ini kita tidak bisa menentukan mana yang akan menghasilkan elastisitas tertinggi karena hal ini bergantung pada kompleksitas masalah yang ada seperti kondisi geografis lingkungan, suhu, cuaca, dsb.

3.         Price Elasticity Dynamics Over The Product Life Cycle: A Study Of Consumer Durables
            (Dinamika Elastisitas Harga Pada Siklus Hidup Produk : Penelitian Mengenai Pemakaian Tahan Lama)
Oleh : Philip M. Parker dan Ramya Neelamegham

            Berdasarkan penelitian atas pekerjaan Parker (1992) yang hanya mempertimbangkan pembelian pertama, sedangkan Simon (1988) mempertimbangkan daya jual merk (sebagai faktor untuk menarik minat konsumen). Berdasarkan pembelian pertama yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian kembali, menunjukkan bahwa hasil penelitian Simon tentang pentingnya daya jual merk, menjadi bukti empiris dari dinamika elastisitas barang tersebut. Contoh daftar barang sebagai berikut : Frezeers (-22,8), Kompor (-3,2), Kulkas (-2,3), Setrika uap (-2,2), dan Blender (-2,2).

            Kesimpulannya adalah rata-rata tingkat elastisitas perabot rumah tangga -2,7. Dari kelima barang tersebut yang memiliki elastisitas tertinggi adalah Frezeer. Karena Frezeer tidak mempunyai barang subtitusi, sehingga mau tidak mau konsumen menggunakan Frezeers untuk membekukan bahan makanan. Suatu produk pada umumnya mengalami tingkat inelastisitas tertinggi pada fase awal siklus hidup produk. Sedangkan produk tersebut mengalami elastisitas pada saat pembelian kembali pada fase puncak (maturity) di mana tingkat penjualan mencapai tingkat tertinggi. Setelah tahap maturity produk akan memasuki fase decline (penurunan). Pada fase ini, produsen perlu memperbaharui kembali produknya agar konsumen tidak mengalami kejenuhan. Sebab persaingan semakin ketat dan mencapai tingkat elastisitas tertinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemakaian tahan lama akan menjadi elastis seiring dengan waktu karena adanya inovasi.

4.
Economic Impact of Tourism and Globalization in Indonesia
(Pengaruh Ekonomi dari Kepariwisataan dan Globalisasi di Indonesia)
Oleh : Guntur Sugiyarto, Adam Blakem, M. Thea Sinclair

            Globalisasi menimbulkan dampak baik dan buruk. Dulu globalisasi dianggap memiliki efek buruk terhadap neraca perdagangan Indonesia. Karena dengan adanya perdagangan bebas maka pemerintah membuat kebijakan dengan mengurangi tarif impor dan pengenaan pajak pada komoditas domestik. Dan hal ini berdampak pada sisi produksi yaitu menyebabkan turunnya harga domestik yang akan membuat para produsen lebih kompetitif dalam bersaing dengan pesaing yang ada di pasar. Sebenarnya ini merangsang produksi dalam negeri dan meningkatkan lapangan pekerjaan serta meningkatkan PDB. Dengan meningkatnya produksi dalam negeri maka menaikan pendapatan rumah tangga dan menciptakan lebih banyak permintaan dalam pasar domestik. Karena permintaan dalam negeri meningkat maka meningkatkan impor, dan menurunkan ekspor. Itu dikarenakan neraca pasar domestik lebih menguntungkan bagi produsen. Oleh karena itu neraca perdagangan memburuk.

Semakin berkurangnya pajak yang diterima oleh pemerintah menyebabkan berkurangnya pengeluaran pemerintah tetapi dapat meningkatkan kesejahteraan dalam negeri dan konsumsi rumah tangga. Untuk menyeimbangkan neraca perdagangan yang buruk itu, sektor pariwisata bisa menjadi solusinya. Seperti yang telah dijelaskan dijurnal bahwa kenaikan permintaan pariwisata asing akan menaikan tingkat produksi dan menaikan penyerapan tenaga kerja domestik. Dengan adanya hubungan antara harga yang menurun, permintaan, dan pendapatan yang berjalan semakin tinggi pada kasus ini maka dapat disimpulkan bahwa ini bersifat elastis. Untuk mencegah terjadinya inelastis maka pemerintah seharusnya membuat kebijakan untuk menaikan harga saja dan menurunkan tarif pajak.

5. Empirical Generalizations about the Impact of Advertising on Price Sensitivity and Price
(Generalisasi Empiris tentang Dampak Iklan pada Sensitivitas Harga dan Harga)
Oleh : ANIL KAUL AND DICK R. WITTINK
                                                 15 Agustus 2008

Respon konsumen terhadap promosi mengidentikasikan bahwa keputusan konsumen terhadap merk dan banyaknya jumlah produk terhadap potongan harga yang ada pada produk tersebut. Informasi tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi produsen dalam menentukan strategi promosi dan periklanan. Salah satu strategi yang diperlukan adalah positoning yang tepat guna karena akan mengarahkan fungsi suatu iklan, sebab hal tersebut memiliki dampak terhadap sensitivitas harga konsumen. Pada umumnya sensitivitas harga sebagian besar dirasakan pada kalangan masyarakat menengah kebawah. Jika sebuah merek memiliki pencitraan  yang kuat dengan konsumen maka cenderung memiliki pangsa pasar yang lebih luas. Pada tahun 1950-1970 menurut Steine, iklan sangat meningkat karena adanya peran sponsor dalam pembiayaan, karena iklan tidak hanya digunakan untuk menjual produk tetapi juga kepentingan-kepentingan lainnya seperti politik dan iklan juga mempengaruhi elastisitas konsumen dalam memberi barang.

Jadi dapat disimpulkan rating sebuah iklan akan membuat konsumen menilai apakah iklan tersebut memiliki citra yang kuat atau tidak. Dan semakin tinggi nilai rating maka kepercayaan konsumen  semakin tinggi, hal ini akan mempengaruhi elastisitas konsumen dalam membeli barang karena semakin konsumen percaya akan suatu produk maka daya belinya akan semakin tinggi

6.
Regional Differences in the Price-Elasticity of Demand for Energy
(Perbedaan Daerah dalam Elastisitas Harga pada Permintaan Energi)
Oleh : M.A Bernstein and J. Griffin , RAND Corporation Santa Monica, California
February 2006

            Departement of Energy melakukan riset terhadap beberapa sumber energi diantaranya, listrik rumahan; gas alam; dan listrik industri guna mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi. Jika harga listrik naik maka ada tiga alternatif solusi yang dapat dilakukan : mengganti secara total, mencari substitusinya, dan  meminimalisir penggunaan listrik. Kenaikan harga tidak signifikan mempengaruhi penurunan demand. Kalaupun ada kenaikan harga, konsumen tidak dapat mengurangi pemakaian listrik secara drastis dan hanya dapat berhemat atau menambahkan alat yang bisa mengefisiensi penggunaan listrik seperti termostast. Jika dalam jangka panjang, mereka akan mengkonversi listrik dengan sumber energi lainnya. Kenaikan demand dapat dipengaruhi oleh kenaikan income yang juga mengakibatkan konsumsi bertambah seperti utnuk  membeli peralatan elektronik baru sehingga meningkatkan penggunaan listriknya(demand). Elastisitas dipengaruhi dengan adanya barang substitusi dan barang komplementer.

Jadi dapat disimpulkan untuk kasus ini jika harga listrik naik akan mengakibatkan sbb :
1.       Dalam jangka pendek elastisitasnya bersifat inelastis karena untuk sementara waktu konsumen tidak memiliki pilihan hanya dapat mencoba menghemat atau mengurangi penggunaan listrik dan belum banyak barang substitusinya sehingga konsumen tidak memiliki pilihan lain selain tetap menggunakannya.
2.   Dalam jangka panjang, elastisitasnya bersifat elastis karena mungkin saja telah ditemukan inovasi – inovasi baru yang dapat menjadi subsitusi listrik.

7.
The Relative Importance of Price and Quality in Consumer Choice of Provider:  The Case of Egypt
(Pentingnya Harga Relatif & Kualitas Pilihan Penyedia Layanan Konsumen : Kasus Mesir)
Oleh : Winnie C. Yip and Aniceto Orbeta
September 1999

            Kompetisi telah menjadi kata kunci untuk mengurangi inflasi biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam dua dekade terakhir. Ada dua kendala yang ditemui di dalam sektor perawatan kesehatan yaitu permintaan pasar untuk layanan dan penyediaan input. Hipotesa dari kasus yang ada di Mesir adalah masyarakat Mesir lebih memilih sektor swasta dan rela membayar lebih tinggi demi mendapat kualitas yang terbaik. Hal itu dikarenakan penghasilan masyarakat Mesir yang rata-rata sudah mencukupi. Pada jurnal ini ada hipotesa proporsi relative bahwa sector swasta memegang angka lebih tinggi dan rela membayar lebih tinggi dibandingkan sektor publik yang kualitasnya terhitung rendah. Setelah itu pada penelitiannya ditemukan bahwa pasien lebih responsive pada perubahan kualitas daripada perubahan harga. Ini disebabkan karena yang dibahas disini adalah sektor kesehatan yang mempertaruhkan nyawa, maka pengorbanan berupa materipun rela dilakukan. Selain itu pada penelitian terdalulu juga ditemukan bahwa elastisitas pendapatan pengeluaran perawatan kesehatan > 1 . Jadi dapat disimpulkan didalam kasus ini permintaan akan kualitas dengan harga perawatan kesehatan bersifat elastis yang dapat dilihat dari  bertambahnya pendapatan maka tingkat dari pendapatan juga akan lebih besar untuk pergi ke pelayanan kesehatan.

8.
Trade Liberalization and Labor Demand Elasticity in Indian Manufacturing
(Perdagangan Bebas dan Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja di Industri India)
Oleh : Bishwanath Goldar
November 2008

            Dari hipotesis yang ada , elastisitas permintaan tenaga kerja di industry India meningkat karena adanya liberalisasi perdagangan. Hal itu berdasarkan survei tahunan data industri pada 1980-81 ke 1997-98 dan tren dalam elastisitas dianalisa menggunakan data 1973-74 ke 2003-04. Hal ini juga dikuatkan oleh hasil ekonometrik penelitian yang serupa, dan menunjukan bahwa liberalisasi perdagangan memiliki dampak positif pada elastisitas permintaan tenaga kerja di industry india. Elastisitas permintaan tenaga kerja di industri pascareformasi lebih rendah dalam hal ini ialah minimumnya lapangan pekerjaan yang tidak dapat meresap semua tenaga kerja maka dari itu tingkat tenaga kerja mengalami kenaikan pada masa pascareformasi. Hal ini disebabkan karena ukuran yang signifikan untuk liberalisasi perdagangan dan melemahnya kekuasaan serikat buruh.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa perdagangan bebas dan permintaan tenaga kerja di Industri india adalah elastis  karena permintaan akan tenaga kerja di India pada masa pasca reformasi mengalami peningkatan sedangkan biaya atau gaji untuk tenaga kerja selalu mengalami penunan.

9.         Long Term Fuel Price Elasticity : Effects on Mobility Tool Ownership and Residential Location Choice
(Elastisitas Harga Bahan Bakar Jangka Panjang : Efek Kepemilikan pada Alat Mobilitas dan Pilihan Lokasi Perumahan)
Oleh : Eidgenössisches Departement für, Umwelt, Verkehr, Energie und Kommunikation UVEK
Bundesamt für Energie BFE , Bundesamt für Umwelt BAFU

April, 6 2010

            Penelitian ini meneliti efek jangka panjang dari kenaikan harga bahan bakar. Efek jangka panjang yang akan terjadi adalah kemungkinan pendapatan substansian dalam biaya transportasi dengan adanya harga BBM maka membuat orang-orang mengatur jarak tempuhnya dan mengubah jenis mobil dan memilih mesin yang lebih kecil atau lebih hemat bahan bakar seperti mobil hibrida atau diesel. Pada jangka panjang, elastisitas harga bensin berkisar antara -0.14 sampai -0.54 dan dengan diesel 0.32. Jadi dapat disimpulkan dengan naiknya harga BBM, tidak berarti menaikan atau menurunkan permintaan dari BBM tersebut. Karena masyarakat lebih melihat efisiensi dari penggunaan bahan bakar yaitu menggantinya dengan diesl. Maka dengan kata lain hal ini merupakan elastis.

B. Jurnal-jurnal Inelastis

1.
DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI HARGA
BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP KINERJA INDUSTRIHASIL HUTAN KAYU
Oleh Satria astana
( Impact of Oil Price Subsidy Reduction Policy on Performance of
Wood Products Industry )

            Subsidi harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dihitung dari selisih antara penjualan BBM dalam negeri dengan komponen biaya pokok pengadaan BBM. Pemerintah mengganggarkan subsidi harga BBM kepada pertamina sebesar Rp. 27.5 triliun pada tahun 1989/1999. Nilai subsidi BBM ini merupakan selisih dari penjualan BBM dalam negeri sebesar Rp 22.5 triliun dan komponen biaya BBM sebesar Rp 50 triliun. Dengan adanya pengurangan subsidi harga BBM sebesar 30% atau kenaikan rata-rata harga BBM 12%, jumlah anggaran subsidi harga BBM dalam RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) tahun 2000 masih tinggi yaitu Rp 18.3 triliun.  Kenaikan harga BBM ini dikhawatirkan mendorong lebih jauh penurunan kinerja industri hasil hutan kayu, khususnya dalam hal penawaran dan permintaannya. Hal ini dikarenakan potensi kayu hutan alam telah menurun yang menyebabkan biaya logging meningkat secara riil dari sebelumnya dan untuk biaya pemanenan kayu, komponen BBM berkontribusi signifikan (sekitar 30%).

Secara umum dapat disimpulkan kenaikan harga BBM dengan adanya subsidi dari pemerintah cenderung inelastis, hal ini dikarenakan terbatasnya barang substitusi dan komplementer dari BBM tersebut. Selain itu, total revenue sangat dipengaruhi oleh subsidi dari pemerintah kepada perusahaan industri kayu tersebut. Jadi dampak kebijakan pengurangan dan penambahan subsidi harga BBM terhadap kinerja industri hasil hutan kayu dapat dianalisa untuk pengambilan keputusan lebih lanjut.

2.
Estimating the Effect of Urban Density on Fuel Demand
(Memperkirakan Pengaruh dari Kepadatan Penduduk Perkotaan terhadap Permintaan BBM)
Oleh : Niovi Karathodorou and Daniel J. Graham

Penelitian ini dilakukan dengan cross-sectional data dari 32 negara besar dari Eropa, Canada, Asia, Australia dan Amerika. Jurnal ini menjelaskan tentang mengevaluasi bagaimana kepadatan jumlah penduduk di perkotaan  dapat mempengaruhi permintaan relatif untuk bahan bakar transportasi jalan dan memberikan perkiraan elastisitas yang sensitif terhadap pola fasilitas umum. Bahan bakar konsumsi per kapita terhadap kepadatan perkotaan diperkirakan dalam rentang -0.33 sampai  -0.35. Kepadatan penduduk kota menyebabkan permintaan bahan bakar inelastis. Hal ini  karena banyaknya fasilitas yang disediakan oleh pemerintah maka jarak yang di tempuh penduduk di perkotaan relative singkat. Pemakaian transportasi umum dapat menghemat pemakaian BBM sehingga dalam pemakaian BBM lebih efisiensi.

            Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa  harga BBM mempengaruhi permintaan bahan bakar yang sebagian besar melalui variasi dalam konsumsi bahan bakar per km dan jarak mengemudi bukan kepemilikan mobil atau alat transportasi umum. Hal ini dapat mencerminkan harga bahan bakar tidak mempengaruhi permintaan mobil atau dapat dikatakan inelastis.

3. Are Life Insurance Demand Determinants valid for Selected Asian Economies and India?
(Apakah Penentu Permintaan Asuransi Jiwa Terpilih Untuk Berlaku Pada Ekonomi Asia dan India ? )
Subir Sen and Dr. S. Madheswaran
Mei 31- 2007

Saat terjadinya krisis ekonomi, permintaan akan asuransi di Asia bersifat elastis. Hal ini disebabkan karena dengan adanya krisis, maka perekonomian terganggu dan mengurangi pendapatan masyarakat di Asia. Rendahnya pendapatan membuat standar hidup masyarakat asia pada kala itu rendah yang mengakibatkan berkurangnya tingkat konsumsi. Maka perubahan harga asuransi akan sangat mempengaruhi jumlah permintaan akan asuransi. Kemudian, dengan adanya perbaikan ekonomi setelah adanya  krisis membuat pendapatan masyarakat asia terus meningkat dan memiliki pendapatan yang cukup tinggi sehingga membuat standar hidup masyarakat semakin tinggi dan makin sadar akan pentingnya asuransi. Jadi dapat disimpulkan dengan adanya kondisi perekonomian yang membaik maka membuat permintaan terhadap asuransi pasca krisis ekonomi sampai saat ini jadi bersifat inelastis, atau perubahan harga asuransi tidak akan terlalu mempengaruhi jumlah permintaannya.


4. The Impact Of Food Prices On Consumption : A Systematic  Review Of Research On The Price Elasticity Of Demand For Food
(Dampak Harga Makanan di Konsumsi : Suatu Tinjauan Sistematis Penelitian tentang  Elastisitas Harga terhadap Permintaan Makanan)
Oleh : Tatiana Andreyeva, PhD, Michael W. Long, MPH, and Kelly D. Brownell, PhD
February 2010

Penelitian ini bertujuan untuk memberkan ringkasan mengenai elasitas permintaan harga dan perilaku konsumen Amerika Serikat. Fenomena yang terjadi di Amerika adalah elastisitas permintaan harga pada makanan tidak sehat lebih tinggi dari pada makanan sehat. Berdasarkan studi,31% yang memberikan perkiraan elastisitas harga daging sapi, 29% untuk daging babi, 14% untuk unggas, 10% untuk ikan, 15% untuk susu, 12% untuk keju, untuk sereal 12%, dan untuk buah dan sayuran 11%. Dari sini terlihat bahwa konsumsi pada makanan tidak sehat lebih tinggi dari pada makanan sehat. Dalam menyelesaikan hal ini, peneliti berusaha menghubungkan pemberlakuan pajak dan subsidi untuk menganalisis dampaknya terhadap harga bahan makanan. Dengan menetapkan sejumlah pajak kepada bahan makanan yang kurang sehat, maka diharapkan permintaan akan bahan makanan yang kurang sehat menurun seiring dengan kenaikan harga karena pajak. Sebaliknya subsidi diberikan kepada bahan makanan sehat dengan tujuan untuk menurunkan harga sehingga permintaan akan bahan makanan sehat dapat meningkat, sehingga diharapkan dapat mengubah gaya hidup masyarakat Amerika Serikat menjadi lebih baik.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa walaupun subsidi telah diberikan, pada kenyataannya tidak dapat meningkatkan peningkatan permintaan secara signifikan sehingga dapat dikatan inelastis. Dari kasus pada jurnal ini dapat diasumsikan bahwa, harga bukanlah satu satunya faktor yang dapat menyebabkan buruknya gaya hidup sebagian masyarakat di Amerika serikat yang dinilai dari tingginya konsumsi bahan makanan tidak sehat seperti fast food, namun ada hal lain yang mempengaruhi salah satunya ialah gaya hidup. Orang orang di Negara maju cenderung memilih bahan makanan cepat saji dengan alasan efisiensi, sehingga meskipun harga dirubah, tetap saja tidak akan mempengaruhi permintaan akan barang-barang tersebut, sehingga sayuran dan buah buahan yang tergolong bahan makanan sehat bersifat inelastis.

5.
Determinants of Indonesian Palm Oil Export: Price and Income Elasticity Estimation
(Penentu Ekspor Minyak Sawit Indonesia : Harga dan Perkiraan Elastisitas Pendapatan)
Oleh : Ambiyah Abdullah
2011
Indonesia adalah produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia karena berhasil menguasai 46% pangsa pasar minyak sawit dunia. Sebagian besar dari produksinya diekspor. Sehingga, memperkirakan elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari permintaan untuk ekspor minyak sawit Indonesia sangat penting. Melalui penelitian ini, elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari permintaan ekspor minyak sawit Indonesia adalah inelastis baik untuk jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek untuk ekspor sebesar 0,54 dan untuk income sebesar 0,61. Serta jangka panjang untuk ekspor sebesar 0,41 dan untuk income sebesar 0,49. Temuan ini sesuai dengan teori pada pangsa pasar, alokasi anggaran, dan penggunaan dari minyak sawit sebagai bahan baku untuk barang-barang seperti kosmetik, minyak goreng, margarine, dan ketersediaan dari barang substitusi untuk ekspor minyak sawit Indonesia. Dengan tingkat ekspor yang tinggi maka pemerintah menentukan pajak ekspor sebagai salah satu dari kebijakan yang diterapkan oleh Indonesia untuk minyak sawit agar mengendalikan harga minyak goreng lokal. Untuk kebijakan domestik dapat diterapkan dalam berbagai bentuk seperti subsidi produksi, program insentif pada penelitian diferensiasi produk (produk bernilai tambah), dan meningkatkan standar kualitas untuk ekspor minyak sawit Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa permintaan akan minyak sawit dan harga minyak sawit bersifat inelastis karena efek barang substitusi terhadap perubahan harga tidak terlalu besar dan pilihan produk-produk lainnya sebagai barang pengganti jumlahnya tidak banyak.

6.
Playing with Fire : Cigarettes, Taxes and Competition From The Internet
(Bermain dengan Api : Rokok, Pajak, dan Persaingan dari Internet)
Oleh : Austan Goolsbee dan Joel Slemrod
December 21, 2004

            Pada penelitian sebelumnya para peneliti menganggap rokok itu bersifat inelastis sehingga menaikkan pajak dan dapat menghasilkan banyak pendapatan di Amerika Serikat.  Di sisi lain, rokok adalah salah satu penyebab utama masalah kesehatan di negara ini. Dengan adanya internet, konsumen dapat membeli rokok dari negara lain atau secara online sehingga konsumen tidak perlu membayar pajak kepada negaranya. Tingkat elastistasnya juga meningkat dari -1,28 menjadi -2,09 walaupun pajak sudah di naikkan 33%. Pajak yang lebih tinggi menyebabkan penyelundupan lebih besar dan jumlah penyelundupan tambahan telah tumbuh secara signifikan dengan munculnya Internet. Setelah diteliti jumlah penyelundupan yang timbul dari perubahan tarif pajak negara hampir dua kali lipat karena munculnya internet.  Maka dapat disimpukan bahwa pajak rokok tdak sensitif terhadap permintaan rokok di Amerika Serikat. Dengan adanya internet juga membuat pendapatan negara menjadi kecil dan tidak mengurangi tingkat konsumen menjaga kesehatannya. Maka dengan kata lain, rokok merupakan inelastis.


Kesimpulan :

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas baik itu yang ada di jurnal, jadi dapat disimpulkan bahwa elastisitas memiliki beberapa kepentingan, diantaranya :

1. Hubungan antara perubahan harga dan total pendapatan
2. Pentingnya dalam menentukan apakah barang dikenakan pajak (pendapatan pajak)
3. Pentingnya menganalisis waktu keterlambatan dalam produksi
4. Mempengaruhi perilaku dari suatu perusahaan

Jumat, 03 Februari 2012

Adakah pengaruh Sunk Cost dengan Shut Down Firm ??

          Pertama-tama saya akan menjelaskan mengenai pengertian sunk cost itu sendiri. Sunk cost dapat dikatakan sebagai biaya tertanam atau modal yang terkunci. Ada beberapa pengertian mengenai sunk cost yang secara garis besar mempunyai makna yang sama. Sunk cost adalah biaya yang telah terjadi di masa lalu dan tidak dapat dipulihkan dengan kata lain uang yang digunakan untuk sunk cost tidak dapat kembali pada suatu kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Jadi dapat dirumuskan untuk sunk cost sebagai berikut :

Fixed cost = sunk costs + avoidable fixed cost 

            Jadi dapat dilihat dari rumus fixed cost, fixed cost yaitu terdiri dari sunk cost dan avoidable fixed cost. Sunk cost termasuk kedalam fixed cost tetapi biaya tersebut tidak dapat dihindarkan dan yang hanya dapat dihindarkan adalah avoidable fixed cost. Jika  secara grafik maka dapat terlihat seperti contoh grafik berikut :



                  Grafik tersebut menggambarkan bahwa sunk cost akan selalu ada di dalam project cost. Dan semakin tinggi sunk cost maka total project cost pun akan tinggi, dan jika hasil keputusan atau decision yield tidak stabil maka akan mengakibatkan penurunan profit from project yang dapat membuat suatu perusahaan tutup.

             Sunk cost dapat dilihat dari kegiatan perusahaan seperti investasi baru. Untuk membuat suatu keputusan mengenai investasi baru, diperlukan biaya-biaya yang digunakan untuk menganalisa seberapa besar profit yang akan dihasilkan jika berinvestasi ke perusahaan tersebut. Analisa yang dilakukan seperti dengan menggunakan analisa capital budgeting. Jika hasil analisa menunjukan untuk melakukan sebuah investasi ke perusahaan tersebut dan telah melakukan investasi tersebut maka sunk cost tidak dapat dihitung karena sunk cost sudah terjadi sebelum keputusan investasi terjadi. Contohnya yaitu ketika suatu perusahaan melakukan riset pasar terhadap produknya, maka itu adalah sunk cost. Jadi sunk cost merupakan uang kas yang terjadi sebelum evaluasi kegiatan dan bukan biaya atau keuntungan yang terjadi sekarang. Maka dari itu sunk cost tidak diikutsertakan, karena memang sudah terjadi dan tidak akan terjadi lagi di masa depan.

         Sunk cost juga dapat dikatakan sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan. Contohnya yaitu biaya depresiasi bangunan atau mesin karena adanya kepemilikan asset, gaji manajer kontrak, dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Jadi singkatnya sunk cost adalah biaya yang tidak dapat dihindari dan terjadi terus menerus kerana ada komitmen dan persetujuan atau kontrak sebelumnya.


             Sedangkan shut down firm adalah situasi dimana perusahaan bangkrut karena berbagai sebab - akibat yang ada. Jika ditanyakan apakah ada hubungannya sunk cost dengan shut down firm , maka jawabannya tentu saja ada. Dibawah ini saya akan menjelaskan pengaruhnya.

           Jika dilihat dari sudut sunk cost yang digunakan untuk analisa investasi baru, maka ketika analisa tersebut menunjukan untuk berinvestasi diperusahaan tersebut (misal PT.A) dan ternyata ketika melakukan investasi ke PT.A , PT.A mengalami kebangkrutan. Akibatnya tentu saja sunk cost yang pernah dilakukan untuk menganalisa tersebut uangnya hilang begitu saja dan tidak ada manfaatnya sama sekali. Contoh lainnya ialah biaya yang diinvestasikan ke sebuah pabrik atau penelitian yang digunakan untuk pengembangan listrik tenaga nuklir yang sudah menyerap miliaran dollar untuk investasi tetapi belum siap digunakan untuk beroperasi. Kasus ini mengenai sunk cost seperti pada tanaman Shoreham di Long Island Sound, New York. Pada tahun 1987 pemilik telah menghabiskan $ 5,5 milyar untuk investasi atas batu bata, semen, batang bahan bakar, dan bunga yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir namum lisensi tidak dikabulkan. Karena lisensi operasi tidak dikabulkan maka nilai $ 5,5 milyar dari biaya masa lalu menjadi tidak relavan untuk biaya masa depan dan manfaat. Maka itu merupakan sunk cost karena biaya tersebut tidak dapat dikembalikan. Sebuah analisis ekonomi menyimpulkan bahwa hasil yang paling efisien yaitu dengan menyelesaikan konstruksi dan membuka pabrik Shoreham atau dalam kata lain mengcover biaya variable. Tetapi karena pabrik tersebut mempunyai jumlah yang banyak untuk sunk cost maka pabrik tersebut ditutup pada tahun 1989 tanpa menghasilkan tenaga listrik komersial. Jadi dapat disimpulkan bahwa sunk cost dapat mempengaruhi bangkrutnya sampai tutupnya perusahaan atau shut down term.

       Jika dilihat dari sunk cost untuk biaya depresiasi bangunan atau mesin karena adanya kepemilikan asset, gaji manajer kontrak, dan PBB maka membutuhkan biaya-biaya yang tidak sedikit. Sunk cost dapat mempengaruhi shut down term jika perusahaan telah memproduksi barang dalam jumlah yang banyak tetapi barang tersebut tidak laku dipasaran maka menyebabkan kerugian yang dialami perusahaan. Jika telah mengalami kerugian tentu saja perusahaan akan menekan sejumlah pengeluaran tertentu tetapi pengecualian untuk sunk cost. Yang hanya dapat ditekan biayanya hanya variable cost dan avoidable fixed cost sedangkan sunk cost tetap ada dan harus dipenuhi pembayarannya oleh perusahaan walaupun telah mengalami kerugian. Maka jika perusahaan tidak dapat menekan biaya variabelnya untuk tetap membayar sejumlah pengeluaran untuk sunk cost seperti gaji manajer, PBB, depresiasi bangunan dan mesin maka perusahaan tersebut akan shut down term atau bangkrut.

             Sunk cost yang tidak menambah nilai guna sama saja dengan membuang sumber daya. Maka yang diperlukan adalah prinsip dari teori berlalu yaitu mengabaikan biaya masa lalu dan hanya mempertimbangkan biaya masa depan dan manfaat ketika membuat keputusan.Tetapi biaya sunk cost dapat menjadi keuntungan di masa depan jika pemakaian dari sunk cost tepat. Karena jika suatu tindakan dari sunk cost diambil maka keuntungan di masa depannya ialah mengetahui biaya masa depan dan dapat merubah biaya masa depan. Jadi bagaimanapun sunk cost tidak dapat hindari dan dikembalikan biayanya, maka dari itu para pengambil keputusan harus lebih cermat  dalam mengambil keputusan dan memikirkan akan akibat dari sunk cost yang dapat merugikan usahanya bahkan menutup usahanya.

Referensi :
http://en.wikipedia.org/wiki/Sunk_cost