Elastisitas mengukur seberapa besar permintaan mengalami perubahan. Jadi
elastisitas merupakan kemungkinan suatu variabel berubah karena variabel
yg lain dengan cara mengukur peningkatan demand dengan tidak cerita delta, tetapi
marginal .
Ada 4 jenis
elastisitas yang digunakan :
1. Elastisitas harga
pada permintaan
2. Elastisitas harga
pada penawaran
3. Elastisitas
pendapatan pada permintaan
4. Elastisitas
bersilang
1. Elastisitas harga pada permintaan
q Reaksi perubahan harga
pada permintaan
q Jika % perubahan
permintaan lebih besar dari % perubahan harga maka elastis
q Jika % perubahan
permintaan lebih kecil dari % perubahan harga maka inelastis
è Rumus elastisitas harga pada permintaan
Jika hasilnya diantara 0 dan -1 maka inelastis.
Dan jika hasilnya diantara -1 dan tak terbatas maka elastis. Inti dari rumus diatas ialah jika harga naik maka
permintaan turun , dan sebaliknya.
2. Elastisitas harga pada penawaran :
è Rumus = % Δ kuantitas penawaran
: % Δ harga
è Jika inelastis, maka akan sulit bagi pemasok untuk
bereaksi dengan cepat terhadap
perubahan harga.
è Jika elastis , maka pemasok
akan cepat bereaksi terhadap perubahan harga.
3. Elastisitas pendapatan pada permintaan
è Jika hasilnya positif maka menunjukan barang
normal.
è Jika hasilnya negative maka menunjukan barang
bermutu rendah.
4. Elastisitas silang
è Respon dari permintaan
suatu barang terhadap perubahan harga yang terkait dengan barang pengganti atau barang pelengkap.
è Xed = % Δ Qd dari barang a : % Δ harga dari barang b
Efek dari elastis dan inelastis :
1. Jika permintaan elastis pada harga
à Harga yang naik, akan menurunkan pendapatan (%Δ Qd > % Δ P)
è Harga yang turun, akan menaikan pendapatan (%Δ Qd > % Δ P)
2. Jika permintaan inelastic pada harga
à Kenaikan harga akan
menaikan pendapatan (%Δ Qd < % Δ P)
è Penurunan harga akan
menurunkan pendapatan (%Δ Qd < % Δ P)
Penentu Elastisitas :
1. waktu periode
à Semakin lama waktu yang dipertimbangkan, maka lebih elastis barangnya.
à Semakin lama waktu yang dipertimbangkan, maka lebih elastis barangnya.
2. Jumlah dan kedekatan
barang pengganti
à Semakin besar jumlah penggantian, maka barang lebih elastis
3. Proporsi
pendapatan yang diambil oleh produk
à Semakin kecil proporsi yang diambil maka lebih inelastis
à Semakin kecil proporsi yang diambil maka lebih inelastis
4. Kemewahan atau Kebutuhan
à Sebagai contoh, kecanduan obat
à Sebagai contoh, kecanduan obat
Berikut ini
ada beberapa jurnal yang menceritakan elastisitas :
1. THE IMPACT OF ADVERTISING ON
CONSUMER PRICE SENSITIVITY IN EXPERIENCE GOODS MARKET
(Pengaruh Iklan Terhadap Sensitivitas
Harga Konsumen di Pasar Barang yang Pengalaman)
Oleh : Michael P. Keane &
Baohong Sun
29 November 2006
Penelitian ini dilakukan di Chicago
dan Atlanta dengan menggunakan 18 merk pada pasta gigi, sikat gigi, deterjen
dan saus kecap. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa iklan melalui TV dapat
menyebabkan suatu produk akan semakin dikenal oleh banyak orang maka secara
otomatis hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk
tersebut yang akan menciptakan brand sehingga
masyarakat tidak lagi memperhitungkan tingkat harga pada produk tersebut. Hal
inilah yang kemudian dimaksud dengan iklan yang dapat mempengaruhi sensitivitas
harga konsumen. Jadi sensitivitas harga konsumen adalah kepekaan relatif dari
harga dalam mempengaruhi keputusan pembelian dan kecenderungan untuk melakukan
pencarian harga yang lebih baik. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, konsumen yang memiliki informasi harga dan kualitas
yang lebih banyak akan menurunkan tingkat
sensitivitas harga dan sebaliknya. Jadi
dapat dikatan bahwa iklan dapat
mempengaruhi tingkat permintaan suatu barang.
Dalam kasus ini, peneliti meneliti
barang-barang yang elastis, sehingga iklan yang menguntungkan dan lebih berpengaruh
pada elastisitas harga adalah iklan yang tidak menurunkan elastisitas
permintaan. Hal ini terjadi karena ketika elastisitas harga suatu barang naik,
maka permintaan barang tersebut akan turun karena terdapat barang-barang
alternatif atau subtitusi lainnya. Sebagai tambahan, keadaan tersebut dapat
menyebabkan produsen baru untuk masuk ke dalam pasar. Jadi dapat disimpulkan
bahwa iklan yang dapat menarik konsumen akan menurunkan sensitivitas harga.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan adanya iklan, maka permintaan akan barang
dengan harga tertentu ikut berpengaruh dan hal ini merupakan elastis.
2.
Price and
Income Elasticities of Residential Water Demand
(Elastisitas
Harga dan Pendapatan terhadap Kediaman Permintaan Air)
Oleh : Jasper M. Dalhuisen , Raymond J.G.M.
Flora, Henri L.F.M de Groot, Peter Nijkamp
Di tahun 2011 ada permasalahan
mengenai elastisitas permintaan terhadap air di USA dan Eropa. Karena di sana
mulai diterapkan penggunaan tarif untuk pemakaian air di setiap perumahan.
Ternyata ada kesenjangan yang cukup besar antara elastisitas harga dan
elastisitas penghasilan karena bila digambarkan elastisitasnya mendekati 0.
Nilai elastisitas yang mendekati 0 ini disebabkan oleh adanya pemakaian air
yang tidak terkontrol di masyarakat sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah
air yang dipasok dengan jumlah air yang dipakai. Akibatnya di USA diadakan
penelitian untuk mengurangi kesenjangan di elastisitas tersebut. Metode yang
digunakan antara lain metode increasing block rate tarif yang hasilnya
adalah kebutuhan air menjadi lebih elastis dan elastisitas pendapatan menurun
dan dengan metode decreasing block rate tarif yang hasilnya berbanding
terbalik dengan metode increasing block rate tarif. Namun dalam
kenyataannya dari kedua metode ini kita tidak bisa menentukan mana yang akan
menghasilkan elastisitas tertinggi karena hal ini bergantung pada kompleksitas
masalah yang ada seperti kondisi geografis lingkungan, suhu, cuaca, dsb.
3. Price
Elasticity Dynamics Over The Product Life Cycle: A Study Of Consumer Durables
(Dinamika
Elastisitas Harga Pada Siklus Hidup Produk : Penelitian Mengenai Pemakaian
Tahan Lama)
Oleh : Philip M. Parker dan Ramya
Neelamegham
Berdasarkan penelitian atas
pekerjaan Parker (1992) yang hanya mempertimbangkan pembelian pertama,
sedangkan Simon (1988) mempertimbangkan daya jual merk (sebagai faktor untuk
menarik minat konsumen). Berdasarkan pembelian pertama yang mendorong konsumen
untuk melakukan pembelian kembali, menunjukkan bahwa hasil penelitian Simon
tentang pentingnya daya jual merk, menjadi bukti empiris dari dinamika
elastisitas barang tersebut. Contoh daftar barang sebagai berikut : Frezeers (-22,8), Kompor (-3,2), Kulkas (-2,3), Setrika uap (-2,2), dan Blender (-2,2).
Kesimpulannya adalah rata-rata
tingkat elastisitas perabot rumah tangga -2,7. Dari kelima barang tersebut yang
memiliki elastisitas tertinggi adalah Frezeer. Karena Frezeer tidak mempunyai
barang subtitusi, sehingga mau tidak mau konsumen menggunakan Frezeers untuk
membekukan bahan makanan. Suatu produk pada umumnya mengalami tingkat
inelastisitas tertinggi pada fase awal siklus hidup produk. Sedangkan produk
tersebut mengalami elastisitas pada saat pembelian kembali pada fase puncak
(maturity) di mana tingkat penjualan mencapai tingkat tertinggi. Setelah tahap
maturity produk akan memasuki fase decline (penurunan). Pada fase ini, produsen
perlu memperbaharui kembali produknya agar konsumen tidak mengalami kejenuhan.
Sebab persaingan semakin ketat dan mencapai tingkat elastisitas tertinggi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pemakaian tahan lama akan menjadi elastis seiring
dengan waktu karena adanya inovasi.
4.
Economic Impact of
Tourism and Globalization in Indonesia
(Pengaruh Ekonomi dari Kepariwisataan
dan Globalisasi di Indonesia)
Oleh : Guntur Sugiyarto, Adam Blakem,
M. Thea Sinclair
Globalisasi
menimbulkan dampak baik dan buruk. Dulu globalisasi dianggap memiliki efek
buruk terhadap neraca perdagangan Indonesia. Karena dengan adanya perdagangan
bebas maka pemerintah membuat kebijakan dengan mengurangi tarif impor dan
pengenaan pajak pada komoditas domestik. Dan hal ini berdampak pada sisi
produksi yaitu menyebabkan turunnya harga domestik yang akan membuat para
produsen lebih kompetitif dalam bersaing dengan pesaing yang ada di pasar.
Sebenarnya ini merangsang produksi dalam negeri dan meningkatkan lapangan
pekerjaan serta meningkatkan PDB. Dengan meningkatnya produksi dalam negeri
maka menaikan pendapatan rumah tangga dan menciptakan lebih banyak permintaan
dalam pasar domestik. Karena permintaan dalam negeri meningkat maka
meningkatkan impor, dan menurunkan ekspor. Itu dikarenakan neraca pasar
domestik lebih menguntungkan bagi produsen. Oleh karena itu neraca perdagangan
memburuk.
Semakin berkurangnya pajak yang
diterima oleh pemerintah menyebabkan berkurangnya pengeluaran pemerintah tetapi
dapat meningkatkan kesejahteraan dalam negeri dan konsumsi rumah tangga. Untuk
menyeimbangkan neraca perdagangan yang buruk itu, sektor pariwisata bisa
menjadi solusinya. Seperti yang telah dijelaskan dijurnal bahwa kenaikan permintaan
pariwisata asing akan menaikan tingkat produksi dan menaikan penyerapan tenaga
kerja domestik. Dengan adanya hubungan antara harga yang menurun, permintaan,
dan pendapatan yang berjalan semakin tinggi pada kasus ini maka dapat
disimpulkan bahwa ini bersifat elastis. Untuk mencegah terjadinya inelastis
maka pemerintah seharusnya membuat kebijakan untuk menaikan harga saja dan
menurunkan tarif pajak.
5. Empirical
Generalizations about the Impact of Advertising on Price Sensitivity and Price
(Generalisasi Empiris tentang Dampak
Iklan pada Sensitivitas Harga dan Harga)
Oleh : ANIL KAUL AND DICK R. WITTINK
15 Agustus 2008
Respon konsumen terhadap promosi
mengidentikasikan bahwa keputusan konsumen terhadap merk dan banyaknya jumlah
produk terhadap potongan harga yang ada pada produk tersebut. Informasi
tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi produsen dalam menentukan strategi
promosi dan periklanan. Salah satu strategi yang diperlukan adalah positoning
yang tepat guna karena akan mengarahkan fungsi suatu iklan, sebab hal tersebut
memiliki dampak terhadap sensitivitas harga konsumen. Pada umumnya sensitivitas
harga sebagian besar dirasakan pada kalangan masyarakat menengah kebawah. Jika
sebuah merek memiliki pencitraan yang
kuat dengan konsumen maka cenderung memiliki pangsa pasar yang lebih luas. Pada
tahun 1950-1970 menurut Steine, iklan sangat meningkat karena adanya peran
sponsor dalam pembiayaan, karena iklan tidak hanya digunakan untuk menjual
produk tetapi juga kepentingan-kepentingan lainnya seperti politik dan iklan
juga mempengaruhi elastisitas konsumen dalam memberi barang.
Jadi dapat disimpulkan rating sebuah iklan akan
membuat konsumen menilai apakah iklan tersebut memiliki citra yang kuat atau
tidak. Dan semakin tinggi nilai rating maka kepercayaan konsumen semakin tinggi, hal ini akan mempengaruhi
elastisitas konsumen dalam membeli barang karena semakin konsumen percaya akan
suatu produk maka daya belinya akan semakin tinggi
6.
Regional Differences in the Price-Elasticity of Demand for Energy
(Perbedaan Daerah dalam Elastisitas Harga pada Permintaan Energi)
Oleh : M.A Bernstein and J. Griffin , RAND Corporation Santa Monica, California
February
2006
Departement of Energy melakukan
riset terhadap beberapa sumber energi diantaranya, listrik rumahan; gas alam;
dan listrik industri guna mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi. Jika
harga listrik naik maka ada tiga alternatif solusi yang dapat dilakukan :
mengganti secara total, mencari substitusinya, dan meminimalisir penggunaan listrik. Kenaikan
harga tidak signifikan mempengaruhi penurunan demand. Kalaupun ada kenaikan
harga, konsumen tidak dapat mengurangi pemakaian listrik secara drastis dan hanya
dapat berhemat atau menambahkan alat yang bisa mengefisiensi penggunaan listrik
seperti termostast. Jika dalam jangka panjang, mereka akan mengkonversi listrik
dengan sumber energi lainnya. Kenaikan demand dapat dipengaruhi oleh kenaikan
income yang juga mengakibatkan konsumsi bertambah seperti utnuk membeli peralatan elektronik baru sehingga
meningkatkan penggunaan listriknya(demand). Elastisitas dipengaruhi dengan
adanya barang substitusi dan barang komplementer.
Jadi
dapat disimpulkan untuk kasus ini jika harga listrik naik akan mengakibatkan
sbb :
1. Dalam jangka pendek elastisitasnya
bersifat inelastis karena untuk sementara waktu konsumen tidak memiliki pilihan
hanya dapat mencoba menghemat atau mengurangi penggunaan listrik dan belum
banyak barang substitusinya sehingga konsumen tidak memiliki pilihan lain
selain tetap menggunakannya.
2. Dalam jangka panjang, elastisitasnya
bersifat elastis karena mungkin saja telah ditemukan inovasi – inovasi baru
yang dapat menjadi subsitusi listrik.
7.
The Relative Importance
of Price and Quality in Consumer Choice of Provider: The Case of Egypt
(Pentingnya Harga
Relatif & Kualitas Pilihan Penyedia Layanan Konsumen : Kasus Mesir)
Oleh : Winnie C. Yip and Aniceto Orbeta
September 1999
Kompetisi telah menjadi kata kunci untuk mengurangi
inflasi biaya dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dalam dua dekade
terakhir. Ada dua kendala yang ditemui di dalam sektor perawatan
kesehatan yaitu permintaan pasar untuk layanan dan penyediaan input. Hipotesa
dari kasus yang ada di Mesir adalah masyarakat Mesir lebih memilih sektor
swasta dan rela membayar lebih tinggi demi mendapat kualitas yang terbaik. Hal
itu dikarenakan penghasilan masyarakat Mesir yang rata-rata sudah mencukupi. Pada
jurnal ini ada hipotesa proporsi relative bahwa sector swasta memegang angka
lebih tinggi dan rela membayar lebih tinggi dibandingkan sektor publik yang
kualitasnya terhitung rendah. Setelah itu pada penelitiannya ditemukan bahwa
pasien lebih responsive pada perubahan kualitas daripada perubahan harga. Ini
disebabkan karena yang dibahas disini adalah sektor kesehatan yang
mempertaruhkan nyawa, maka pengorbanan berupa materipun rela dilakukan. Selain
itu pada penelitian terdalulu juga ditemukan bahwa elastisitas pendapatan
pengeluaran perawatan kesehatan > 1 . Jadi dapat disimpulkan didalam kasus
ini permintaan akan kualitas dengan harga perawatan kesehatan bersifat elastis
yang dapat dilihat dari bertambahnya
pendapatan maka tingkat dari pendapatan juga akan lebih besar untuk pergi ke
pelayanan kesehatan.
8.
Trade Liberalization and Labor Demand Elasticity in Indian
Manufacturing
(Perdagangan Bebas dan Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja di
Industri India)
Oleh
: Bishwanath Goldar
November
2008
Dari hipotesis yang ada ,
elastisitas permintaan tenaga kerja di industry India meningkat karena adanya
liberalisasi perdagangan. Hal itu berdasarkan survei tahunan data industri pada
1980-81 ke 1997-98 dan tren dalam elastisitas dianalisa menggunakan data
1973-74 ke 2003-04. Hal ini juga dikuatkan oleh hasil ekonometrik penelitian
yang serupa, dan menunjukan bahwa liberalisasi perdagangan memiliki dampak
positif pada elastisitas permintaan tenaga kerja di industry india. Elastisitas
permintaan tenaga kerja di industri pascareformasi lebih rendah dalam hal ini
ialah minimumnya lapangan pekerjaan yang tidak dapat meresap semua tenaga kerja
maka dari itu tingkat tenaga kerja mengalami kenaikan pada masa pascareformasi.
Hal ini disebabkan karena ukuran yang signifikan untuk liberalisasi perdagangan
dan melemahnya kekuasaan serikat buruh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perdagangan
bebas dan permintaan tenaga kerja di Industri india adalah elastis karena permintaan akan tenaga kerja di India
pada masa pasca reformasi mengalami peningkatan sedangkan biaya atau gaji untuk
tenaga kerja selalu mengalami penunan.
9. Long
Term Fuel Price Elasticity : Effects on Mobility Tool Ownership and Residential
Location Choice
(Elastisitas Harga Bahan Bakar Jangka
Panjang : Efek Kepemilikan pada Alat Mobilitas dan Pilihan Lokasi Perumahan)
Oleh : Eidgenössisches Departement für, Umwelt, Verkehr, Energie
und Kommunikation UVEK
Bundesamt für Energie BFE , Bundesamt
für Umwelt BAFU
April, 6 2010
Penelitian
ini meneliti efek jangka panjang dari kenaikan harga bahan bakar. Efek jangka
panjang yang akan terjadi adalah kemungkinan pendapatan substansian dalam biaya
transportasi dengan adanya harga BBM maka membuat orang-orang mengatur jarak
tempuhnya dan mengubah jenis mobil dan memilih mesin yang lebih kecil atau
lebih hemat bahan bakar seperti mobil hibrida atau diesel. Pada jangka panjang,
elastisitas harga bensin berkisar antara -0.14 sampai -0.54 dan dengan diesel
0.32. Jadi dapat disimpulkan dengan naiknya harga BBM, tidak berarti menaikan
atau menurunkan permintaan dari BBM tersebut. Karena masyarakat lebih melihat
efisiensi dari penggunaan bahan bakar yaitu menggantinya dengan diesl. Maka
dengan kata lain hal ini merupakan elastis.
B.
Jurnal-jurnal Inelastis
1.
DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI HARGA
BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP KINERJA
INDUSTRIHASIL HUTAN KAYU
Oleh Satria astana
( Impact of Oil Price Subsidy Reduction Policy
on Performance of
Wood Products Industry )
Subsidi harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dihitung dari selisih antara penjualan BBM dalam negeri dengan komponen biaya pokok
pengadaan BBM. Pemerintah mengganggarkan subsidi harga BBM kepada pertamina sebesar Rp.
27.5 triliun pada tahun 1989/1999. Nilai
subsidi BBM ini merupakan selisih dari penjualan BBM dalam negeri sebesar Rp
22.5 triliun dan komponen biaya BBM sebesar Rp 50 triliun. Dengan adanya pengurangan
subsidi harga BBM sebesar 30% atau kenaikan rata-rata
harga BBM 12%, jumlah anggaran subsidi harga BBM dalam RAPBN (Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) tahun 2000 masih tinggi yaitu Rp 18.3 triliun. Kenaikan
harga BBM ini dikhawatirkan mendorong lebih jauh penurunan
kinerja industri hasil hutan kayu, khususnya dalam hal penawaran dan
permintaannya. Hal ini
dikarenakan potensi kayu
hutan alam telah menurun yang menyebabkan biaya
logging meningkat secara riil dari sebelumnya dan untuk biaya pemanenan kayu, komponen BBM
berkontribusi signifikan (sekitar 30%).
Secara umum dapat disimpulkan kenaikan harga BBM dengan adanya subsidi dari
pemerintah cenderung inelastis, hal ini dikarenakan terbatasnya barang
substitusi dan komplementer dari BBM tersebut. Selain itu, total revenue sangat
dipengaruhi oleh subsidi dari pemerintah kepada perusahaan industri kayu
tersebut. Jadi dampak kebijakan
pengurangan dan penambahan subsidi harga BBM terhadap kinerja industri hasil
hutan kayu dapat dianalisa untuk pengambilan keputusan lebih lanjut.
2.
Estimating the Effect of
Urban Density on Fuel Demand
(Memperkirakan
Pengaruh dari Kepadatan Penduduk Perkotaan terhadap Permintaan BBM)
Oleh : Niovi Karathodorou and Daniel J. Graham
Penelitian ini dilakukan
dengan cross-sectional data dari 32 negara besar dari Eropa, Canada, Asia,
Australia dan Amerika. Jurnal ini menjelaskan tentang mengevaluasi
bagaimana kepadatan jumlah penduduk di
perkotaan dapat mempengaruhi permintaan relatif untuk bahan
bakar transportasi jalan dan memberikan perkiraan elastisitas
yang sensitif terhadap pola fasilitas umum. Bahan bakar konsumsi
per kapita terhadap kepadatan perkotaan diperkirakan dalam rentang
-0.33 sampai -0.35. Kepadatan penduduk kota menyebabkan permintaan
bahan bakar inelastis. Hal ini karena
banyaknya fasilitas yang disediakan oleh pemerintah maka jarak yang di tempuh
penduduk di perkotaan relative singkat. Pemakaian transportasi umum dapat
menghemat pemakaian BBM sehingga dalam pemakaian BBM lebih efisiensi.
Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa harga BBM mempengaruhi
permintaan bahan bakar yang sebagian besar melalui variasi dalam konsumsi bahan
bakar per km dan jarak
mengemudi bukan kepemilikan
mobil atau alat transportasi umum. Hal ini
dapat mencerminkan harga bahan bakar tidak mempengaruhi
permintaan mobil atau dapat dikatakan inelastis.
3. Are Life Insurance Demand Determinants valid for Selected Asian Economies
and India?
(Apakah Penentu
Permintaan Asuransi Jiwa Terpilih Untuk Berlaku Pada Ekonomi Asia dan India ? )
Subir Sen and Dr. S. Madheswaran
Mei 31- 2007
Saat
terjadinya krisis ekonomi, permintaan akan asuransi di Asia bersifat elastis.
Hal ini disebabkan karena dengan adanya krisis, maka perekonomian terganggu dan
mengurangi pendapatan masyarakat di Asia. Rendahnya pendapatan membuat standar
hidup masyarakat asia pada kala itu rendah yang mengakibatkan berkurangnya
tingkat konsumsi. Maka perubahan harga asuransi akan sangat mempengaruhi jumlah
permintaan akan asuransi. Kemudian, dengan adanya perbaikan ekonomi setelah
adanya krisis membuat pendapatan
masyarakat asia terus meningkat dan memiliki pendapatan yang cukup tinggi
sehingga membuat standar hidup masyarakat semakin tinggi dan makin sadar akan
pentingnya asuransi. Jadi dapat disimpulkan dengan adanya kondisi perekonomian
yang membaik maka membuat permintaan terhadap asuransi pasca krisis ekonomi
sampai saat ini jadi bersifat inelastis, atau perubahan harga asuransi tidak
akan terlalu mempengaruhi jumlah permintaannya.
4. The Impact
Of Food
Prices On
Consumption : A Systematic Review
Of Research On The Price Elasticity
Of Demand For Food
(Dampak Harga
Makanan di Konsumsi : Suatu Tinjauan Sistematis Penelitian tentang Elastisitas Harga terhadap Permintaan Makanan)
Oleh : Tatiana
Andreyeva, PhD, Michael W. Long, MPH, and Kelly D. Brownell, PhD
February 2010
Penelitian ini bertujuan untuk memberkan
ringkasan mengenai elasitas permintaan harga dan perilaku konsumen Amerika
Serikat. Fenomena yang terjadi di Amerika adalah elastisitas permintaan harga
pada makanan tidak sehat lebih tinggi dari pada makanan sehat. Berdasarkan
studi,31% yang memberikan perkiraan elastisitas harga daging sapi, 29% untuk
daging babi, 14% untuk unggas, 10% untuk ikan, 15% untuk susu, 12% untuk keju,
untuk sereal 12%, dan untuk buah dan sayuran 11%. Dari sini terlihat bahwa
konsumsi pada makanan tidak sehat lebih tinggi dari pada makanan sehat. Dalam menyelesaikan hal ini, peneliti berusaha
menghubungkan pemberlakuan pajak dan subsidi untuk menganalisis dampaknya
terhadap harga bahan makanan. Dengan menetapkan sejumlah pajak kepada bahan
makanan yang kurang sehat, maka diharapkan permintaan akan bahan makanan yang
kurang sehat menurun seiring dengan kenaikan harga karena pajak. Sebaliknya
subsidi diberikan kepada bahan makanan sehat dengan tujuan untuk menurunkan
harga sehingga permintaan akan bahan makanan sehat dapat meningkat, sehingga
diharapkan dapat mengubah gaya hidup masyarakat Amerika Serikat menjadi lebih
baik.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa
walaupun subsidi telah diberikan, pada kenyataannya tidak dapat meningkatkan
peningkatan permintaan secara signifikan sehingga dapat dikatan inelastis. Dari
kasus pada jurnal ini dapat diasumsikan bahwa, harga bukanlah satu satunya
faktor yang dapat menyebabkan buruknya gaya hidup sebagian masyarakat di
Amerika serikat yang dinilai dari tingginya konsumsi bahan makanan tidak sehat
seperti fast food, namun ada hal lain yang mempengaruhi salah satunya ialah
gaya hidup. Orang orang di Negara maju cenderung memilih bahan makanan cepat
saji dengan alasan efisiensi, sehingga meskipun harga dirubah, tetap saja tidak
akan mempengaruhi permintaan akan barang-barang tersebut, sehingga sayuran dan
buah buahan yang tergolong bahan makanan sehat bersifat inelastis.
5.
Determinants of
Indonesian Palm Oil Export: Price and Income Elasticity Estimation
(Penentu
Ekspor Minyak Sawit Indonesia : Harga dan Perkiraan Elastisitas Pendapatan)
Oleh : Ambiyah Abdullah
2011
Indonesia adalah produsen dan
eksportir terbesar minyak sawit di dunia karena berhasil menguasai 46% pangsa
pasar minyak sawit dunia. Sebagian besar dari produksinya diekspor. Sehingga,
memperkirakan elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari permintaan
untuk ekspor minyak sawit Indonesia sangat penting. Melalui penelitian ini,
elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari permintaan ekspor minyak sawit
Indonesia adalah inelastis baik untuk jangka pendek dan jangka panjang. Jangka
pendek untuk ekspor sebesar 0,54 dan untuk income sebesar 0,61. Serta jangka
panjang untuk ekspor sebesar 0,41 dan untuk income sebesar 0,49. Temuan ini
sesuai dengan teori pada pangsa pasar, alokasi anggaran, dan penggunaan dari
minyak sawit sebagai bahan baku untuk barang-barang seperti kosmetik, minyak
goreng, margarine, dan ketersediaan dari barang substitusi untuk ekspor minyak
sawit Indonesia. Dengan tingkat ekspor yang tinggi maka pemerintah menentukan pajak
ekspor sebagai salah satu dari kebijakan yang diterapkan oleh Indonesia untuk
minyak sawit agar mengendalikan harga minyak goreng lokal. Untuk kebijakan
domestik dapat diterapkan dalam berbagai bentuk seperti subsidi produksi,
program insentif pada penelitian diferensiasi produk (produk bernilai tambah),
dan meningkatkan standar kualitas untuk ekspor minyak sawit Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa
permintaan akan minyak sawit dan harga minyak sawit bersifat inelastis karena efek
barang substitusi terhadap perubahan harga tidak terlalu besar dan pilihan
produk-produk lainnya sebagai barang pengganti jumlahnya tidak banyak.
6.
Playing with Fire : Cigarettes, Taxes and Competition From The Internet
(Bermain dengan Api : Rokok, Pajak, dan Persaingan dari Internet)
Oleh : Austan Goolsbee dan Joel Slemrod
December 21, 2004
Pada penelitian sebelumnya
para peneliti menganggap rokok itu bersifat inelastis sehingga menaikkan
pajak dan dapat menghasilkan banyak pendapatan di Amerika
Serikat. Di sisi lain, rokok adalah
salah satu penyebab utama masalah kesehatan di negara ini. Dengan adanya internet, konsumen
dapat membeli rokok dari negara lain atau secara online sehingga konsumen tidak
perlu membayar pajak kepada negaranya. Tingkat elastistasnya juga meningkat
dari -1,28 menjadi -2,09 walaupun pajak sudah di naikkan 33%. Pajak yang lebih
tinggi menyebabkan penyelundupan lebih besar dan jumlah penyelundupan tambahan
telah tumbuh secara signifikan dengan munculnya Internet. Setelah diteliti jumlah penyelundupan yang timbul dari
perubahan tarif pajak negara hampir dua kali lipat karena munculnya internet.
Maka dapat disimpukan bahwa pajak rokok tdak sensitif terhadap permintaan
rokok di Amerika Serikat. Dengan adanya internet juga membuat pendapatan negara
menjadi kecil dan tidak mengurangi tingkat konsumen menjaga kesehatannya. Maka dengan kata lain, rokok merupakan inelastis.
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas baik itu yang ada di jurnal, jadi dapat disimpulkan
bahwa elastisitas memiliki beberapa kepentingan, diantaranya :
1. Hubungan antara perubahan harga dan total pendapatan
2. Pentingnya dalam menentukan apakah barang dikenakan pajak (pendapatan pajak)
3. Pentingnya menganalisis waktu keterlambatan dalam produksi
4. Mempengaruhi perilaku dari suatu perusahaan
3. Pentingnya menganalisis waktu keterlambatan dalam produksi
4. Mempengaruhi perilaku dari suatu perusahaan