:)

:)
WELCOME TO MY BLOG :) HAPPY READING :) I HOPE USEFUL FOR YOU !!! AND PLEASE LEAVE A COMMENT :)

Jumat, 02 Maret 2012

(UAS) Ringkasan Jurnal 2 : Competiviness of The European Food Industry An Economic and Legal Assessment


Nama              : Muthiya Gabriela Malawat (2421 0878)
                       : Melvina Permatasari (2421 0352)
                        
Kelas               : SMAK – 04



Competiviness of The European Food Industry
An Economic and Legal Assessment


            Jurnal ini ditulis oleh J.H.M. Wijinands , B.M.J. Van Der Meulen , K.J. Poppe pada tanggal 28 November 2006. Jurnal ini membahas daya saing industri makanan di Eropa. Untuk menulis jurnal ini, penulis menganalisa daya saing industri yang akan dievaluasi pada beberapa indikator indsutri seperti nilai tambah bruto, produktivitas tenaga kerja, dan indikator perdagangan internasional. Perdagangan internasional disini ditujukan kepada nilai ekspor yang tujuannya adalah untuk brenchmark Uni Eropa pada pasar dunia dan untuk mendapatkan legalisasi.

            Menurut jurnal ini Daya saing industri makanan di Eropa lemah bila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Canada, dan kira-kira berada pada level yang sama dengan industri di Australia dan Brazil. Skenario menunjukkan bahwa pertumbuhan produktivitas di Uni Eropa lebih tinggi dari negara-negara di dunia lainnya, sedangkan daya saing di Uni Eropa tergolong lemah. Meskipun lemahnya daya saing, namun sejumlah industri makanan terkemuka berlokasi di Uni Eropa. Selain itu pentingnya industri makanan pada total produksi sedang berkembang dan nilai sub-sektor lebih tinggi dari sebagian besar sub-sektor di bidang manufaktur. Dampak dari undang-undang pangan tidak mempengaruhi daya saing Uni Eropa secara negative dibandingkan dengan Amerika Serikat. Secara umum, pandangan Uni Eropa pada undang-undang pangan positif. Otoritas Uni Eropa dapat meningkatkan dukungan untuk industri pangan Eropa dengan melibatkan negosiasi ekspor. Penelitian ini adalah salah satu dari sedikit penelitian yang pernah ada, atau bahkan satu-satunya penelitian yang mencakup semua sub-sektor dari industri makanan dan mengacu pada negara-negara non Uni Eropa.

            Dari penelitian ini dapat dilihat beberapa indikator untuk mengukur daya saing industri diantaranya :
1. Pertumbuhan nilai tambah nyata untuk industri makanan yang mencerminkan persaingan untuk faktor produk antara industri yang berbeda dalam suatu negara.
2. Pertumbuhan indeks Balassa yang mencerminkan tingkat ekspor spesialisasi dalam satu kategori barang dari satu negara.
3. Pertumbuhan pangsa ekspor (devisit absolut) di pasar dunia yang mengindikatorkan kinerja yang mencerminkan hasil dari proses yang kompetitif.
4. Pertumbuhan nilai tambah nyata yang mencerminkan dinamika industri dengan indikator yang didasarkan pada pendekatan teori ekonomi internasional.

            Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kualifikasi akhir dari daya saing berdasarkan pada indikator internasional, tetapi bagian deskriptif juga memberikan informasi yang berkaitan dengan dasar teori pengambilan keputusan oleh perusahaan individual. Industri makanan Eropa akan mengacu kepada Amerika Serikat dan jika negara-negara memiliki relevan produksi untuk sub-sektor tertentu seperti Australia, Brazil dan Kanada. Pemilihan Negara-negara tersebut berdasarkan pada pentingnya ekspor mereka.

            Berdasarkan hasil penelitian, daya saing sektor yang masih dominan berkembang pada bidang manufaktur. Namun nilai tambah, penciptaan lapangan kerja, dan preferensi konsumen yang berkembang sangat cepat  serta menjadi lebih menuntut dan canggih telah menjadi sebuah masalah pada saat ini. Maka industri perlu menyesuaikan dan beradaptasi dengan keadaan ini dengan melakukan inovasi untuk mempertahankan dan menaklukan pangsa pasar di pasar domestik maupun pasar asing.





(UAS) Ringkasan Jurnal 1 : Classical Ricardian Theory of Comparative Advantage Revisited



Nama              : Muthiya Gabriela Malawat (2421 0878)
                       : Melvina Permatasari (2421 0352)

Kelas               : SMAK – 04





Classical Ricardian Theory of Comparative Advantage Revisited


            Jurnal ini ditulis oleh Stephen S. Golub dan Chang-Tai Hsieh pada tahun 2000. Jurnal ini membahas Teori Klasik Ricardian mengenai keunggulan komparatif. Model Ricardian sering digunakan untuk menunjukan dasar dari perbandingan keuntungan. Meskipun hal itu penting, model ini telah sepenuhnya hampir diabaikan di literature profesional dalam beberapa dekade terakhir. Penekanan klasik pada perbedaan produktivitas dan biaya tenaga kerja telah digantikan oleh  fokus neoklasik pada faktor pendukung. Ketika mendiskusikan bukti empiris pada Model Ricardian, sebuah survey terbaru menyatakan “kita tidak megetahui setiap pengujian karya terbaru untuk memperkirakan penerapan model Ricardian”, mengabaikan model Ricardian akan mencerminkan beberapa batasan karena model ini terlihat begitu sederhana untuk sebuah bukti empiris. Kenyataannya memang benar bahwa model Ricardian mengabaikan faktor produksi selain tenaga kerja, dan memliki implikasi yang tidak realistis bahwa negara-negara mengkhususkan pada produksi barang yang dapat diperdagangkan.

            Menurut (teori klasik) Ricardian teori keunggulan komparatif, produktivitas tenaga kerja relatif menentukan pola pasar. Model Ricardian berperan penting terhadap  pendidikan ekonomi dunia, namun kurang mendapat perhatian sejak tahun 1960. Penelitian ini menaksir perlunya hubungan antara perkembangan jaman dari model Ricardian terhadap perdagangan di Amerika Serikat. Melintasi (negara) bagian nampaknya tidak berkaitan dengan kemunduran alur perdagangan sektoral pada produktivitas tenaga kerja yang relatif dan harga satuan tenaga kerja pada beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Koefisien tersebut hampir selalu ditandai dengan benar dan secara statistik dianggap penting, meskipun banyak variasi perdagangan sektoral yang tersisa tidak dapat dijelaskan.

            Maka dapat disimpulkan penelitian ini memberikan dukungan kuat terhadap Model Ricardian, meskipun akan menimbulkan kesulitan dalam membuat persyaratan perbandingan produktivitas dan kompensasi tenaga kerja internasional. Dalam sebagian besar kasus produktivitas yang relatif dan kasus harga satuan tenaga kerja, hal itu dapat membantu untuk menjelaskan pola perdagangan bilateral Amerika Serikat terutama ketika sektor yang spesifik seperti paritas daya beli nilai tukar mata uang digunakan. Pada sebagian besar kasus hanya ada sebagian kecil dari variasi pola perdagangan yang dijelaskan dengan model tersebut. Walaupun bersifat sangat sederhana, Model Ricardian secara mengejutkan melakukan metodenya dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dari beberapa negara, mereka menganggap model Ricardian menguntungkan. Untuk negara Jepang, Kanada, Italia, dan Australia sedikit lebih baik menggunakan metode produktivitas relatif. Sedangkan untuk negara Jerman, Korea, Perancis, dan Inggris lebih baik menggunakan metode harga satuan tenaga kerja.

(UAS) Analisis Jurnal 2 : Competiviness of The European Food Industry An Economic and Legal Assessment

Nama              : Muthiya Gabriela Malawat (2421 0878) 
                       : Melvina Permatasari (2421 0352)
Kelas              : SMAK – 04


ANALISIS JURNAL


I. Judul           :           Competiviness of The European Food Industry        
                                    An Economic and Legal Assessment

   Pengarang   :           J.H.M. Wijinands , B.M.J. Van Der Meulen , K.J. Poppe

   Tanggal       :           28 November 2006


II. Tema         :           The Strength and Weakness of The Europian Food Industry


III. Latar Belakang Masalah

A. Fenomena :

            Daya saing industri makanan di Eropa lemah bila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Canada, dan kira-kira berada pada level yang sama dengan industri di Australia dan Brazil. Skenario menunjukkan bahwa pertumbuhan produktivitas di Uni Eropa lebih tinggi dari negara-negara di dunia lainnya, sedangkan daya saing di Uni Eropa tergolong lemah. Meskipun lemahnya daya saing, namun sejumlah industri makanan terkemuka berlokasi di Uni Eropa. Selain itu pentingnya industri makanan pada total produksi sedang berkembang dan nilai sub-sektor lebih tinggi dari sebagian besar sub-sektor di bidang manufaktur. Dampak dari undang-undang pangan tidak mempengaruhi daya saing Uni Eropa secara negative dibandingkan dengan Amerika Serikat. Secara umum, pandangan Uni Eropa pada undang-undang pangan positif. Otoritas Uni Eropa dapat meningkatkan dukungan untuk industri pangan Eropa dengan melibatkan negosiasi ekspor. Penelitian ini adalah salah satu dari sedikit penelitian yang pernah ada, atau bahkan satu-satunya penelitian yang mencakup semua sub-sektor dari industri makanan dan mengacu pada negara-negara non Uni Eropa.

B. Riset Terdahulu :

            Hasil riset terdahulu berdasarkan pada pemilihan daya saing utama yang digunakan oleh O’Mahoney dan Van Ark (2003) dan digunakan oleh Uni Eropa (2005).

C. Motivasi Penelitian           :

            Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa daya saing industri yang akan dievaluasi pada beberapa indikator indsutri seperti nilai tambah bruto, produktivitas tenaga kerja, dan indikator perdagangan internasional. Perdagangan internasional ditujukan kepada nilai ekspor yang tujuannya adalah untuk brenchmark Uni Eropa pada pasar dunia dan untuk mendapatkan legalisasi.

IV. Metedologi

A. Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder untuk menunjang proses penelitian.

B. Variabel
            Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Variable ini digunakan sebagai perbandingan dan kompetisi secara keseluruhan industri makanan Eropa yang akan mengacu kepada AS dan pesaing lainnya. Indikator-indikator mempunyai skala yang berbeda maka untuk membandingkan skala-skala yang berbeda, nilai-nilai akan dibakukan.

C. Model Penelitian

            Model penelitian jurnal ini menggunakan metode analisis SWOT : strength, weakness, opportunities, and threat yang digunakan untuk memenuhi syarat daya saing. Model ini adalah kualifikasi relative yaitu bagaimana kinerja produktivitas suatu negara dibandingankan dengan negara lain.

V. Hasil dan Analisis

            Dari penelitian ini dapat dilihat beberapa indikator untuk mengukur daya saing industri diantaranya :
1. Pertumbuhan nilai tambah nyata untuk industri makanan yang mencerminkan persaingan untuk factor produk antara industri yang berbeda dalam suatu negara.
2. Pertumbuhan indeks Balassa yang mencerminkan tingkat ekspor spesialisasi dalam satu kategori barang dari satu negara.
3. Pertumbuhan pangsa ekspor (devisit absolut) di pasar dunia yang mengindikatorkan kinerja yang mencerminkan hasil dari proses yang kompetitif.
4. Pertumbuhan nilai tambah nyata yang mencerminkan dinamika industri dengan indikator yang didasarkan pada pendekatan teori ekonomi internasional.


VI. Kesimpulan dan Rekomendasi

A. Kesimpulan
            Secara keseluruhan kualifikasi akhir dari daya saing berdasarkan pada indikator internasional, tetapi bagian deskriptif juga memberikan informasi yang berkaitan dengan dasar teori pengambilan keputusan oleh perusahaan individual. Industri makanan Eropa akan mengacu kepada Amerika Serikat dan jika negara-negara memiliki
relevan produksi untuk sub-sektor tertentu seperti Australia, Brazil dan Kanada. Pemilihan Negara-negara tersebut berdasarkan pada pentingnya ekspor mereka.

B. Rekomendasi

            Berdasarkan hasil penelitian, daya saing sektor yang masih dominan berkembang pada bidang manufaktur. Namun nilai tambah, penciptaan lapangan kerja, dan preferensi konsumen yang berkembang sangat cepat  serta menjadi lebih menuntut dan canggih telah menjadi sebuah masalah pada saat ini. Maka industri perlu menyesuaikan dan beradaptasi dengan keadaan ini dengan melakukan inovasi untuk mempertahankan dan menaklukan pangsa pasar di pasar domestik maupun pasar asing.




(UAS) Analisis Jurnal 1 : Classical Ricardian Theory of Comparative Advantage Revisited


Nama              : Muthiya Gabriela Malawat (2421 0878)
                       : Melvina Permatasari (2421 0352)

Kelas              : SMAK - 04


ANALISIS JURNAL


I. Judul           :           Classical Ricardian Theory of Comparative Advantage Revisited

   Pengarang   :           Stephen S. Golub dan Chang-Tai Hsieh

   Tahun          :           2000

II. Tema         :           Empirical Evidence on The Ricardian Model


III. Latar Belakang Masalah

A. Fenomena :           

            Model Ricardian sering digunakan untuk menunjukan dasar dari perbandingan keuntungan. Meskipun hal itu penting, model ini telah sepenuhnya hampir diabaikan di literature profesional dalam beberapa dekade terakhir. Penekanan klasik pada perbedaan produktivitas dan biaya tenaga kerja telah digantikan oleh  fokus neoklasik pada factor pendukung. Ketika mendiskusikan bukti empiris pada Model Ricardian, sebuah survey terbaru menyatakan “kita tidak megetahui setiap pengujian karya terbaru untuk memperkirakan penerapan model Ricardian”, mengabaikan model Ricardian akan mencerminkan beberapa batasan karena model ini terlihat begitu sederhana untuk sebuah bukti empiris. Kenyataannya memang benar bahwa model Ricardian mengabaikan faktor produksi selain tenaga kerja, dan memliki implikasi yang tidak realistis bahwa negara-negara mengkhususkan pada produksi barang yang dapat diperdagangkan.

B. Riset Terdahulu    :
            Hasil riset terdahulu berdasarkan teori neoklasik oleh Heckscher-Ohlin yang fokus pada sumbangan atau hibah.

C. Motivasi Penelitian           :
            Penelitian ini digunakan untuk menaksir perlunya hubungan antara perkembangan jaman dari model Ricardian terhadap perdagangan di Amerika Serikat.


IV. Metedologi 

A. Data                       :
Penelitian ini menggunakan data sekunder untuk menunjang proses penelitian.

B. Variabel                 :
            Variabel yang digunakan dalam jurnal ini menggunakan Dependent variable dengan dua alternative pengukuran dari aliran perdagangan yang digunakan yaitu bilateral trade balances dan export ratios serta dengan menggunakan Independent variables.

C. Model Penelitian   :
            Model penelitian jurnal ini menggunakan metode pengumpulan data menggunakan survey dan analisis dari riset terdahulu seperti dari The Basic Ricardian Model.


V. Hasil dan Analisis

            Menurut (teori klasik) Ricardian teori keunggulan komparatif, produktivitas tenaga kerja relatif menentukan pola pasar. Model Ricardian berperan penting terhadap  pendidikan ekonomi dunia, namun kurang mendapat perhatian sejak tahun 1960. Penelitian ini menaksir perlunya hubungan antara perkembangan jaman dari model Ricardian terhadap perdagangan di Amerika Serikat. Melintasi (negara) bagian nampaknya tidak berkaitan dengan kemunduran alur perdagangan sektoral pada produktivitas tenaga kerja yang relatif dan harga satuan tenaga kerja pada beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Koefisien tersebut hampir selalu ditandai dengan benar dan secara statistik dianggap penting, meskipun banyak variasi perdagangan sektoral yang tersisa tidak dapat dijelaskan.


VI. Kesimpulan dan Rekomendasi 

A. Kesimpulan
            Penelitian ini memberikan dukungan kuat terhadap Model Ricardian, meskipun akan menimbulkan kesulitan dalam membuat persyaratan perbandingan produktivitas dan kompensasi tenaga kerja internasional. Dalam sebagian besar kasus produktivitas yang relatif dan harga satuan tenaga kerja dapat membantu untuk menjelaskan pola perdagangan bilateral Amerika Serikat, terutama ketika sektor yang spesifik seperti paritas daya beli nilai tukar mata uang digunakan. Pada sebagian besar kasus hanya ada sebagian kecil dari variasi pola perdagangan yang dijelaskan dengan model tersebut. Walaupun bersifat sangat sederhana, Model Ricardian secara mengejutkan melakukan metodenya dengan baik. 

B. Rekomendasi
            Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dari beberapa negara, mereka menganggap model Ricardian menguntungkan. Untuk negara Jepang, Kanada, Italia, dan Australia sedikit lebih baik menggunakan metode produktivitas relatif. Sedangkan untuk negara Jerman, Korea, Perancis, dan Inggris lebih baik menggunakan metode harga satuan tenaga kerja.